Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2017

Labelnya Islami, Tapi!!!

Paradoks Akhi dan Ukhti Kaifa haluk Ukhty? Gimana pelajarannya Akhy? Penggalan-penggalan kalimat itu tidak sengaja saya baca dari   handphone   keponakan saya yang pulang dari pondok. Kebetulan, di pondoknya dilarang membawa   gadget . Jadi ketika pulang ke rumah, keponakanku seakan menemukan apa yang selama ini telah hilang dalam kesehariannya. Tapi, itu hal masih termasuk yang ‘wajar’ sih. Yang   nggak   wajar adalah ketika saya membaca sms-sms di   handphone nya. Baik di kotak   inbox  atau di mesenger dan WAnya.  Pembaca pun bisa menduga, apa yang mereka sedang lakukan dengan chatingan mereka. Kita bisa langsung mengatakan bahwa mereka sedang bercerita ria layaknya sesama pacar yang saling merindukan. Tapi, saya kira   nggak nyambung banget   deh   kalau aktivitas pacaran menggunakan istilah-istilah islami. Katakanlah ungkapan-ungkapan   akhi, ukhti, ana, antum   dan sebagainya. Maksud islami adalah para aktivis, da’i dan santri. Tapi, jangan salahkan ka

Sedikit-sedikit bida'h

Sering kita mendengar kalimat diatas bukan? Tahlilan bid’ah, zikir jamaah bida’h, yasinan bida’h, semua bida’h. kalau bida’h pasti Dhalalah dan tempatnya di neraka, seolah kunci surga ditangannya! "Kalau gitu naik pesawat untuk naik haji juga bid'ah, karna Nabi naik haji pakai onta" >>>>>   Bida'h yang dimaksud itu dalam hal agama, sedangkan perkara dunia seperti kemajuan teghnologi tidak masalah, bahkan dianjurkan untuk memajukan peradaban. Bida'h ada yang membuat amalan yang belum pernah ada sebelumnya atau merubah apa yang sudah ada. Bisa saja ibadah itu sudah ada tapi waktu pelaksanaanya atau cara, atau jumlah, atau tempat atau jenis/bentuknya dirubah maka ia adalah bid'ah. --------------------------------------- Nah ketika kita naik haji pakai pesawat atau azan menggunakan microfon bida'h juga dong, alasanya : 1. Haji dan Azan adalah perkara agama. 2. Cara yang digunakan berbeda dengan yang dilaku

Kisah Syuraih Al Qady yang menakjubkan bersama istrinya

Ini Syuraih al-Qadhi bersama istrinya. Syuraih adalah seorang tabi’in yang ditunjuk oleh Umar bin Khattab menjadi pejabat hakim di wilayah kekhalifahan Islam. Setelah Syuraih (seorang tabi’in) menikah dengan seorang wanita bani Tamim, dia berkata kepada Sya’bi (seorang tabi’in), “Wahai Sya’bi menikahlah dengan seorang wanita bani Tamim.” Sya’bi bertanya, “Bagaimana hal itu?” Syuraih bercerita, “Aku melewati kampung bani Tamim. Aku melihat seorang wanita duduk di atas tikar, di depannya duduk seorang wanita muda yang cantik. Aku meminta minum kepadanya.” Wanita itu berkata kepadaku, “Minuman apa yang kamu sukai?” Aku menjawab, “Seadanya.” Wanita itu berkata, “Beri dia susu. Aku menduga dia orang asing.” Syuraih berkata, “Selesai minum aku melihat wanita muda itu. Aku mengaguminya. Aku bertanya kepada ibunya tentang wanita itu.” Si ibu menjawab, “Anakku.” Aku bertanya, “Siapa?” (maksudnya siapa ayahnya dan bagaimana asal usulnya). Wanita itu