Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2019

Melupakannya adalah kebodohan

Yang muda huru-hara, yang tua menyulam kenangan, yang kaya sibuk mengurus harta, yang miskin giat mencari rupiah, yang sehat terlena, yang sakit merintang hati maratapi derita. Yang punya anak sibuk berbangga-bangga dengan anaknya, yang mandul hilir-mudik mencari obat kesuburan, yang hamil sibuk menghitung hari menunggu waktu kelahiran. Pedagang sibuk memikirkan laba-rugi, pembeli sibuk kesana-kemari mencari barang yang akan dibeli. Semua sibuk, hingga lupa, lupa kalau maut datang pada siapa saja dan kapan saja. Allah taala berfirman tentang :  كل نفس ذائقة الموت "Setiap yang berjiwa pasti merasakan mati" (Qs. Ali Imran : 185) Ya, mati adalah suatu kepastian, mesti terjadi, tidak dapat tidak. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda : أكثروا من ذكر هاذم اللذات "perbanyaklah mengingat penghancur kelezatan, yaitu kematian" (Hr. Tirmidzi dan Nasai) Sayangnya kita malah banyak lupa, karna masih bernikmat-nikmat dengan kese

Guru yang berpengaruh

Ibnul Jauzi -rahimahullah- berkata dalam kitab beliau Shaidhul Khathir pada fahsl anfaul masayikh fi suhbatihi al amil bi ilmihi. Beliau berkata : aku bertemu dengan banyak syaikh sedangkan perihal mereka berbeda-beda, derajat ilmu merekapun bertingkat-tingkat, yang paling banyak memberikan kebaikan untukku adalah yang mengamalkan ilmunya, walaupun selainnya lebih tinggi ilmunya. Aku bertemu dengan ulama hadits, mereka menghapal hadits dan memahaminya, namun mereka bermudah-mudahan dalam menggibah, menempatkan gibah seperti jarh dan ta'dil. Mereka juga menerima bayaran dalam pembacaan hadits, bersegera memberi jawaban atas pertanyaan agar bayaran tidak berkurang, walaupun terkadang mereka salah. Aku berjumpa dengan Abdul Wahhab Al Anmathy, beliau sangat menjaga diri, tidak terdengar pada majlisnya ghibah, beliau tidak minta bayaran dalam mengajar hadits. Apabila aku membacakan hadits tentang raqaiq (hadits tentang hal yang melunakkan hati) ia menangis dan terus

Huru-hara hari kiamat, bagaimana keadaan kita dengan orang yang disayangi?

Di dunia ini kita saling menyayangi, saling melindungi dan berkorban untuk anak, istri dan orang-orang yang kita sayang. Namun di akhirat, semua hubungan itu tidak berguna. Allah subhanahu wataala menjelakan keadaan pada hari itu dalam firman-Nya “Maka apabila datang suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, serta dari istri dan anak-anaknya. Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkan.  (Qs. Abasa 33-37) Mereka sibuk dengan diri sendiri, menjauhkan diri dari sanak keluarga, Allah taala juga mengabarkan bagaimana keadaan orang-orang mujrim. “Pada hari itu, orang yang berdosa berharap sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, dari istrinya dan saudaranya, dan keluarganya yang melindunginya (di dunia), serta orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat menyelamatkannya. (Qs. Al Maarij : 11-14) Lihatlah bagaim