Di dunia ini
kita saling menyayangi, saling melindungi dan berkorban untuk anak, istri dan
orang-orang yang kita sayang. Namun di akhirat, semua hubungan itu tidak
berguna.
Allah subhanahu
wataala menjelakan keadaan pada hari itu dalam firman-Nya “Maka apabila datang
suara yang memekakkan (tiupan sangkakala yang kedua), pada hari itu manusia
lari dari saudaranya, dari ibu dan bapaknya, serta dari istri dan anak-anaknya.
Setiap orang dari mereka pada hari itu mempunyai urusan yang menyibukkan. (Qs. Abasa 33-37)
Mereka sibuk
dengan diri sendiri, menjauhkan diri dari sanak keluarga, Allah taala juga mengabarkan
bagaimana keadaan orang-orang mujrim. “Pada hari itu, orang yang berdosa berharap
sekiranya dia dapat menebus (dirinya) dari azab dengan anak-anaknya, dari
istrinya dan saudaranya, dan keluarganya yang melindunginya (di dunia), serta
orang-orang di bumi seluruhnya, kemudian mengharapkan (tebusan) itu dapat
menyelamatkannya. (Qs. Al Maarij : 11-14)
Lihatlah bagaimana
hilangnya kasih sayang itu, bagaimana seseorang ingin menebus dirinya dengan
anak dan istrinya agar selamat dari azab Allah taala. Biarlah anak masuk
neraka, biarlah istri disiksa, biarlah orang tua menderita asalkan dirinya selamat.
Inilah gambaran hubungan antara kita di akhirat kelak.
Allah taala
berfirman “Orang-orang yang zhalim tidak memiliki seorangpun teman setia dan
tidak pula mempunyai seorang pemberi syafa’at yang diterima syafa’atnya” (Qs.
Ghafir : 18). Bahkan “Teman-teman akrab pada hari itu sebagiannya menjadi musuh
bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa” (Qs. Az Zuhkruf :
67) semua orang pada hari itu saling menuntut, saling menyalahkan dan saling
membela diri, kecuali orang-orang yang bertakwa, orang-orang saleh, mereka akan
saling membela dan menolong satu sama lain. Bahkan dikumpulkan Allah taala di surge-Nya.
Allah berfirman “Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka
mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka.
(Qs. At Thur : 21)
Imam Ibnu
Katsir rahimahullah berkata “Allah Subhanahu wa Ta’ala
mengabarkan mengenai keutamaan, kemurahan dan kenikmatan-Nya, serta curahan
kebaikan-Nya kepada makhluk. Bahwa kaum mukminin, bila keturunan mereka
mengikuti dalam keimanan (sebagaimana keimanan orang tua mereka), niscaya Allah
Subhanahu wa Ta’ala akan menempatkan anak-anak yang beriman ini ke derajat
orang tua mereka, kendatipun amalan-amalan shalih mereka (anak-anak yang
beriman) itu tidak sebanding dengan amalan para orang tuanya itu. Supaya
pandangan para orang tua menjadi damai sejuk dengan kebersamaan anak-anaknya di
tempat yang sama. Lantas, Allah Subhanahu wa Ta’ala menyatukan mereka dalam
kondisi terbaik. Anak yang kurang amalannya terangkat oleh orang tuanya yang
sempurna amalannya. Hal ini tidak mengurangi sedikit pun amalan dan derajatnya,
meskipun mereka berdua akhirnya berada di tempat yang sama. (Ibn Katsir/
Tafsirul Quranul Azhim : 7/347)
Hal diatas adalah pengaruh orang tua yang saleh terhadap anak keturunan mereka, sedangkan pengaruh anak yang saleh disampaikan oleh Nabi shalallahu alaihi wasallam dam sabda Beliau “Siapa yang menghafal al-Quran, mengkajinya dan mengamalkannya, maka Allah akan memberikan mahkota bagi kedua orang tuanya dari cahaya yang terangnya seperti matahari. Dan kedua orang tuanya akan diberi dua pakaian yang tidak bisa dinilai dengan dunia. Kemudian kedua orang tuanya bertanya, “Mengapa saya sampai diberi pakaian semacam ini?” Lalu disampaikan kepadanya, “Disebabkan anakmu telah mengamalkan al-Quran.” (Hr. Hakim)
Seperti itulah anak
yang saleh memberikan manfaat bagi kedua orang tuanya, Allah taala memuliakan
kedua orang tuanya karna kemulian yang telah diperolehnya.
Dalam hadist
yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Said Al Khudri
Rasulullah shalallahu alaihi wasalam menyebutkan bahwa orang-orang beriman
memberikan syafaat untuk saudaranya, keluarganya dan orang-orang yang mereka
kenal, mereka memberikan pertolongan bagi penghuni neraka agar dikeluarkan dari
neraka dan kemudian dimasukkan ke dalam surga atas izin Allah taala.
Maka jelaslah
bagi kita bahwa hubungan yang terjalindi dunia ini tidak akan bermanfaat
kecuali jika ia dihiasi dengan keimanan dan ketakwaan, kita memohon kepada
Allah taala agar kita dianugrahi keluarga dan teman-teman yang bertakwa, hingga
kita dikumpulkan di surga-Nya, amin.
Komentar
Posting Komentar