Karya legendaris Prof. Dhiyaurrahman Azmi di bidang hadis akan
memasukkannya pada level yang sama dengan para ulama klasik.
Saat ini, kita banyak
mendengar kisah orang-orang kembali kepada fitrah mereka, memeluk Islam. Hal
ini patut kita syukuri. Tapi hanya ada beberapa orang yang berasal dari
kegelapan agama leluhur mereka setelah menerima cahaya Islam berhasil
menghadirkan pengaruh dan kontribusi yang luar biasa untuk kemajuan pengetahuan
keislaman. Jika kita melihat warisan hebat yang ditinggalkan oleh mualaf
seperti Muhammad Asad, Maryam Jamilah, Dr. Maurice Bucaille, Muhammad
Pickthall, Michael Wolfe, dan Pamela Taylor, pencapaian mereka benar-benar
menakjubkan. Saat ini, ada tokoh yang luar biasa yang mungkin melampaui para
pendahulunya. Ia adalah Prof. Muhammad Dhiya ur-Rahman Azmi. Ia memberi
kontribusi yang sangat besar dalam kajian ilmu hadits. Sebuah pencapaian yang
layak dikenang dan menjadi bagian dari sejarah peradaban Islam.
Islam Tak
Mengenal Kasta Sosial
Muhammad Dhiya
ur-Rahman Azmi dulu bernama Banke Laal. Lahir tahun 1943 dalam sebuah keluarga
Hindu di desa Bilarya Ganj. Sebuah desa yang terletak di Kecamatan Azamgarh,
India. Saat memeluk Islam usianya 18 tahun. Konsep kesetaraan dan keadilan yang
ditawarkan Islam telah membuatnya terkesan. Menurutnya, hal itu merupakan
keistimewaan dan humanisme yang hanya ada pada Islam. Alasan ini pula yang
menyebabkan banyak orang-orang di anak benua India memeluk Islam. Mereka ingin
lepas dari sekat-sekat kasta. Dan mendapatkan kebebasan bertindak sesuai dengan
cita-cita dan kehendak mereka.
Di India ada
beberapa organisasi yang memfasilitasi perpindahan agama. Kegiatan organisasi
ini dikenal dengan Ghar Wapsi. Sebuah kegiatan yang difasilitasi organisasi
Hindu India untuk memfasilitasi perpindahan agama seorang non-Hindu ke agama
Hindu. Di masyarakat Islam India, tidak didapatkan aktivitas semacam ini. Tidak
ada donasi atau bantuan materi yang didapat bagi mereka yang baru saja memeluk
Islam. Sisi baiknya, seseorang yang memeluk Islam benar-benar menyambut
perintah Allah dan lahir dari niat yang tulus. Jika ingin menjadi seorang
muslim, hal yang harus Anda lakukan adalah memahami pesan hakiki dari Islam itu
sendiri.
Dijauhi
Keluarga dan Hijrah Mendalami Islam
Setelah memeluk
Islam, kedua orang tua dan keluarga dekatnya memboikot Syaikh Muhammad
Dhiyaurrahman Azmi. Ia pun hijrah ke Pakistan untuk mendalami agama. Ia belajar
agama di Madrasah yang bekerja sama dengan Jamiah Islamiyah. Kemudian
melanjutkan studi S1 di Universitas Islam Madinah (Jamiah Islamiyah Madinah),
Arab Saudi. Di tempat ini, ia menjadi lulusan pertama yang pernah beragama
Hindu.
Tidak berhenti
hanya di tingkat sarjana, Syaikh Dhiyaurrahman melanjutkan studi pasca
sarjananya (S2) ke King Abdul Aziz University di Mekah, yang kemudian dikenal
dengan Ummul Qura University. Gelar doktornya ia dapatkan dari Universitas
al-Azhar, Kairo.
Kepakarannya di
bidang hadits adalah sesuatu yang diakui khalayak. Universitas Islam Madinah
mengakuinya dengan mengangkatnya sebagai guru besar (profesor) di Fakultas
Hadits kampus tersebut. Bahkan Kerajaan Arab Saudi sendiri menghadiahinya
kewarga-negaraan Arab Saudi sebagai bentuk terima kasih atas kontribusi yang ia
berikan dalam kajian ilmu hadits.
Syaikh
Dhiyaurrahman tidak membatasi aktivitasnya hanya di bidang akademik semata. Ia
juga aktif ambil bagian dalam bidang administratif. Seperti bergabung dengan
Liga Muslim Dunia (Muslim World League) di Mekah. Dan juga menjadi dekan
Fakultas Hadits Universitas Islam Madinah hingga pensiun. Setelah pensiun, ia
diangkat menjadi pengajar di Masjid Nabawi oleh Departemen Urusan Masjid Nabawi
pada tahun 2013.
Sumbangan
Terhadap Peradaban Islam
Banyak karya
tulis telah dibuat oleh Profesor Dhiyaurrahman Azmi. Ia menulis puluhan buku
tentang berbagai topik penting dalam Islam. Tapi yang paling istimewa adalah
karya monumentalnya berupa ensiklopedia hadits. Ia beri judul karyanya itu
dengan al-Jami’ al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih ash-Shamil. Karya istimewanya
ini adalah kumpulan hadits-hadits shahih yang tersebar di berbagai buku-buku
klasik.
al-Jami
al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih asy-Syamil, karya monumental Prof. Muhammad
Dhiyaurrahman Azmi
Buku al-Jami’
al-Kamil fi al-Hadits ash-Shahih ash-Shamil terdiri dari 20 jilid lebih
buku tebal. Yang berisi sekitar 16.000 Hadis. Memuat tentang berbagai
permasalahan: akidah, hukum, ibadah, biografi Nabi, fikih, tafsir Alquran, dan
masih banyak lagi. Orang-orang akan mengingat Syaikh Prof Muhammad
Dhiyaurrahman Azmi dan berterima kasih padanya atas usahanya meneliti hadits. Mengumpulkannya
sehingga mudah untuk dipelajari dan dibaca para pecinta hadits Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam. Usahanya ini menjadi bukti bagaimana ia meneladani usaha
Imam al-Bukhari, Muslim, Abu Dawud, at-Turmudzi, an-Nasai, dan Imam Malik dalam
meneliti dan mengumpulkan hadits.
Karya
legendaris lain yang merupakan kesungguhan Prof. Azmi adalah “Encyclopedia of
the Qur’an Glorious” dalam bahasa Hindi. Umat Islam pernah berkuasa selama
sekitar 800 tahun di India, sayangnya tak banyak buku yang tersedia dalam
bahasa asli mereka yang menjelaskan menjelaskan makna Alquran. Memberikan
pencerahan tentang nilai-nilai kemanusiaan yang diberitakan Alquran.
Ensiklopedia
unik yang ditulis oleh Prof. Azmi ini, mengeksplorasi lebih dari 600 topik
bahasan. Buku ini merupakan buku pertama (pionir) yang ditulis tentang tema ini
dalam bahasa Hindi. Dalam waktu sangat singkat, buku ini sudah dicetak sebanyak
delapan kali di India. Karena respon umat yang bagus terhadap buku ini, edisi
bahasa Urdu dan India pun segera dicetak pula. Bisa dikatakan, buku ini adalah
salah satu buku terbaik dalam kajian Alquran. Pembahasan diurutkan berdasarkan
susunan abjad. Di dalamnya juga dimuat foto dan peta tempat-tempat yang
masyhur.
Penelitiannya
dalam menempuh pendidikan juga merupakan penelitian yang menarik. Tesis
Master-nya berjudul Abu Hurairah fi Dhau-i Marwiyatihi: Dirasatun
Muqaranatun fi Miati Haditsin min Marwiyatihi adalah bentuk pembelaan
terhadap sahabat Nabi, Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu. Ia membantah
tuduhan yang dibuat oleh beberapa orang yang mempertanyakan keaslian hadist
yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah. Sedangkan disertasinya adalah penelitian
terhadap kitab Aqdhiyatu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Dalam
bukunya Dari Ganga ke Zamzam dalam bahasa Urdu, Prof. Azmi
menceritakan kisah keislamannya dan banyaknya kesulitan yang harus ia hadapi.
Tentu buku ini juga menarik untuk dibaca. Kemudian karyanya yang istimewa
tentang studi perbandingan agama, Dirasat al-Yahudiyah wa al-Masihiyah wa
al-Adyan al-Hind juga mendapat apresiasi yang tinggi. Buku ini dijadikan
acuan materi pembelajaran tingkat yang lebih tinggi di universitas-universitas
di Arab Saudi. Saat ini, Prof. Azmi terlibat dalam proyek penulisan studi
perbandingan agama Hindu, Budha, Jainisme, dan Sikhisme yang akan segera
diterbitkan pula.
Penutup
Tidak ada yang
menyangka, seorang anak laki-laki yang terlahir di sebuah keluarga Hindu di
kemudian hari menjadi guru hadits di Universitas Islam Madinah dan pengajar di
Masjid Nabawi. Profesor Azmi merupakan orang yang istimewa. Perjalanannya
hidupnya mengajarkan kita bahwa kehidupan ini bagaikan roda yang berputar.
Seseorang bisa di berada di putaran bawah menghadapi kesulitan. Kemudian berada
di bagian atas menikmati kesuksesan. Seseorang harus berusaha menyelesaikan
putaran kesulitan yang ia hadapi sampai ia berhasil membuktikan kepada dunia
-dengan izin Allah-, ia mampu berkontribusi untuk peradaban.
Kesederhanaan
memiliki peran penting dalam pembentukan karakter. Karena kesederhanaan mampu
menahan seorang untuk berbuat yang tidak semestinya ia lakukan. Kesederhanaan
juga menjadi perisai yang menghalangi sifat sombong. Kesederhanaan adalah kunci
untuk kesalehan dan baiknya perbuatan. Kesederhanaan, sopan santun, dan
kerendahan hati begitu tampak pada sosoknya.
Prof. Azmi
adalah figur yang membuat kita teringat dengan kebenaran sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam,
النَّاسُ مَعَادِنُ كَمَعَادِنِ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ خِيَارُهُمْ
فِي الْجَاهِلِيَّةِ خِيَارُهُمْ فِي اْلإِسْلاَمِ إِذَا فَقُهُوا وَالْأَرْوَاحُ
جُنُودٌ مُجَنَّدَةٌ فَمَا تَعَارَفَ مِنْهَا ائْتَلَفَ وَمَا تَنَاكَرَ مِنْهَا
اخْتَلَفَ
“Manusia ibarat
barang tambang berharga seperti tambang emas dan perak. Orang yang mulia pada
masa jahiliyah, akan menjadi orang yang mulia juga dalam Islam apabila ia paham
agama. Ruh ibarat pasukan yang dikumpulkan, ia akan bersatu jika serasi dan
akan berselisih jika tidak serasi”. (HR Muslim).
Sumber:
http://saudigazette.com.sa/life/faith/journey-hinduism-islam-professor-hadith-madinah/
Komentar
Posting Komentar