Langsung ke konten utama

Kebebasan


Kebebasan adalah hak setiap jiwa, bebas memilih, bebas berprinsip dan berfikir. Kebebasan ini sudah ada sejak lahir, oleh karena itu perbudakan merupakan pelanggaran hak asas (dasar) manusia, baik perbudakan secara fisik maupun perbudakan pola pikir.



Dengan prinsip terbentuk harga diri dan kehormatan, kebebasan berfikir mengarahkan manusia kejalan yang benar, dari sanalah lahir pilihan. Lingkungan memiliki peranan besar dalam membentuk kepribadian seseorang, pengalaman hidup menentukan kita dalam berprinsip dan memilih jalan.

Namun banyak orang salah dalam menyikapi kebebabasan ini, ada yang menjalani kebebasan tanpa batas hingga ia lepas kendali dalam beragama, bernegara dan bersosial. Ada pula yang menentang keras kebebasan, maka iapun tertutup dan taklid saja pada apa yang telah ditetapkan. Yang terbaik adalah pertengahan dari keduanya.

Kita mengetahui istilah “Liberal” sebuah pemahaman yang menginginkan kebebasan, bebas dalam segala hal. Mereka sebenarnya tidak memilki prinsip hidup, Indonesia yang mayoritas penduduknya Islam juga telah digrogoti yang namanya “Islam Liberal”  bagi mereka semua agama sama, sama-sama benar. Para pemuka mereka disebut “Cendikiawan Muslim” yang bermakna para pemikir dan orang cerdas, sayangnya diakhirnya disematkan kata Muslim, padahal mereka tidak tahu apa-apa tentang Islam itu sendiri. Bagaimana mungkin sama kaum yang mengabdikan dirinya untuk Pencipta langit dan bumi dengan penyembah patung dan makhluk lainnya!

Di kehidupan sosial muncul pula kebebasan menyalurkan kepuasan seksual melalui jalur yang bebas pula, inilah yang sering dikatakan orang LGBT, lagi-lagi kaum Liberal menjadi pendukung utamanya. Apakah kebebasan itu boleh merusak diri sendiri, merusak agama dan tatanan kehidupan bernegara? Logika yang dielu-elukan oleh Liberal dalam berprinsip tidak dapat menerima LGBT, lalu dikemanakan logika mereka?

Teryata Liberalisasi semakin menjalar kedalam kehidupan penduduk Indonesia. Emansipasi wanita, juga salah satu bentuk kebebasan yang mereka tuntut, bagaimana mungkin laki-laki yang kuat ototnya dan tajam otaknya disamakan dengan wanita yang lemah fisik dan pemikirannya!

Anehnya, ajaran Islam dianggap mengekang oleh mereka, wanita memakai cadar tidak dibenarkan dan dikatakan kebiasaan arab, lelaki berjenggot mereka sebut teroris. Apakah kebebasan itu hanya untuk mereka saja? 

Disisi lain ada pula kelompok yang kaku, hanya menerima apa yang sudah ada, tidak mau berfikir, tidak berusaha, terkekang tapi merasa bebas. Mereka selalu taat pada pemuka agama mereka, patuh pada pemimpin negara mereka tanpa menganalisis dan menimbang maslahat dan mudharatnya.

Sebagian orang menyuarakan kebebasan namun mereka mengurung diri mereka dalam satu kerangkeng, bebas berfikir tapi hanya mengikuti tokoh-tokoh yang sepaham atau satu daerah saja. Bebas berprinsip, tapi mengekor prinsip orang yang diikutinya, bebas memilih, pilihannya adalah pilihan orang lain. Kemudian mencela orang yang berlawanan dengan mereka karna dianggap menyalahi kelompoknya dan terlalu bebas dalam berpendapat dan bersuara, Mereka inilah yang tertipu oleh diri sendiri. Melarang taklid, sedangkan mereka tanpa sadar taklid dan jumud. Memang tidak ada yang melarang mengikuti tokoh tertentu, serta merta menelan bulat apa yang disampaikannya adalah perbuatan yang mengekang kebebasan.

Kebebasan sempurna adalah kebebasan yang terikat oleh agama, UUD dan adat istiadat dalam masyarakat.  Sebagai seorang muslim, landasan utama kebebasan adalah Islam, UUD dan adat istiadat harus sejalan dengan Islam. Dan bukan berarti semua yang berlawanan dengan Islam mesti ditentang, karna prinsip Islam menghargai perbedaan.

Tak pernah sejarah menulis Islam menentang kebebasan, kecuali kebebasan yang melahirkan kerusakan di muka bumi, itulah kebabasan tanpa batas yang menyalahi akal sehat dan hati nurani seluruh pemeluk agama dan semua etnis dan suku bangsa di dunia.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء