Pada bulan maret lalu kita dikejutkan dengan berita seorang anak kandung di
Garut menggugat ibunya sendiri yang berumur 81 tahun kepengadilan. Permasalahannya
karna sang ibu tidak sanggup membayar hutang yang berjumlah sekitar 1.8 Milyar
kata anak tersebut. Entah apa yang merasuki hati si anak hingga rela mencoreng
nama baiknya didepan umum, seharusnya ia membela dan merawat ibunya tapi malah
menjadi musuh dipengadilan. Jika ia yakin bahwa salah satu kunci pintu surga
berada pada ridha ibunya tenttulah ia tak melakukan itu, toh jika memang ibunya
berhutang dan tidak sanggup bayar apa salahnya dimaafkan, kenapa digugat? Apakah
ia ingin ibunya yang sudah renta menghabiskan sisa hidupnya dipenjara?
Mari kita bandingkan bagaimana kesungguhan seorang anak menjaga perasaan
ibunya dengan tulus, dan bandingkan jugalah dengan baktimu kepada kedua orang
tuamu dengan dua kisah berikut ini.
Syaikh Saa’d Al A’tiq berkata dalam sebuah ceramahnya, seorang dokter saudi
bercerita padaku pada suatu hari seorang laki-laki berumur 30 tahun yang bernama Muhammad masuk kerungannya sambil
memeluk ibunya karna ia ingin kabur, ia melepas kerudungnya Muhammad
merapikannya kembali, menggigit tangan anaknya, mencakarnya dan meludahi
wajahnya namun Muhammad hanya tersenyum. Setelah masuk ruang klinik ibunya
tertawa dan mengelilingi meja dokter. Dokter bertanya “siapa ini?” “ibuku”
jawab Muhammad. “kenapa dia?” “ibuku terlahir tanpa akal” “lalu bagaimnana ia melahirkanmu?” “kakekku
menikahkannya dengan ayahku agar ia bisa melahirkan seorang anak, maka ayahku
menikahinya kemudian menceraikannya pada tahun pertama, sejak aku berumur 10
tahun akulah yang merawatnya” “apakah ia mengenalmu?” “tidak, ia tidak
mengenaliku, namun Sang Penciptaku Maha Tau kalau dia adalah ibuku”
Kemudian ibunya melihat gambar kakbah dan meminta Muhammad mengantarnya
kesana, ia mengiyakan permintaan ibunya, dokter bertanya “kau ingin membawanya
umrah, padahal hukum syariat digugurkan darinya?” “demi Allah, aku tak ingin
membuat ia sedih, menolak permintaannya sedangkan aku mampu melakukannya” “baiklah,
apa masalahmu?” “ibuku sakit gula” setelah melakukan pemeriksaan dan Muhammad
beserta ibunya keluar, Dokter menutup pintunya dan menangis karna kajadian
tadi.
Kisah kedua dituturkan oleh Syaihk Mamduh dalam majalah Qiblaty, terdepat
dua orang kakak beradik dipersidangan. Perkara mereka sanagatlah besar dan
tidak bisa diselesaikan kecuali dipengadilan, mereka hampir saja saling bunuh
karna parkara itu. Apakah karna berebut harta warisan? Atau kekuasaan?
Tidak, sama sekali tidak. Mereka berebut untuk merawat ibu mereka yang
sudah tua renta. Selama ini yang merawat ibu mereka adalah si kakak, maka
adiknya meminta agar sekarang ia yang merawat ibu mereka, namun kakaknya
menolak sehingga si adik mengajukan pekara itu kepengadilan. Setelah
dimusyawarahkan majlis hakim maka hak asuh diberikan pada si adik. Spontan mendengar
keputusan itu sang kakak menangis sejadi-jadinya, ia tak mampu manahan air
matanya didepan umum karna ia kehilangan kesempatan merawat ibunya.
Jika kita bandingkan pada kehidupan kita, sungguh tak seberapa bakti kita
pada kedua orang tua kita. Sebagian orang membawa orang tuanya kepanti jompo
dan itu sebenarnya merupakan nama lain dari membuang secara tidak langsung,
yang lainnya menjadikan orang tuanya seperti pembantu dirumahnya untuk mengasuh
anak-anaknya, adapula yang meninggalkan orang tuanya yang sudah renta begitu
saja.
Dimanakah hatimu? Pantaskah ibu dan ayahmu kau perlakukan seerti itu? Ingat
masa-masa kecilmu, kasih sayangnya yang tak sebanding dengan dunia ini, mengapa
kau tega memperlakukan mereka seperti itu? Kesedihannya, tangisnya dan kegelisahan yang ia dapat darimu sangat menyayat hatinya. Berikan
yang terbaik untuknya, ibumu tetap ibumu walaupun ia sudah tua, ayahmu tetap
ayahmu walau bagaimanapun keadaannya, kau wajib berbakti padanya, menyenangkan
hatinya sampai kematianmu, letakkanlah mereka dalam hatimu agar kau dapat merasa apa yang ia rasakan, simpanlah ia difikiranmu agar kau selalu ingat apa yang membuat ia bahagia.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca, Allahumma
jadikanlah kami anak-anak yang shaleh dan anugrahkanlah kami generasi yang
shaleh pula, Amin ya Rabbal Alamin.
Komentar
Posting Komentar