Langsung ke konten utama

Mengumbar keromantisan




Ada dua tipe manusia yang mesti sadar dalam mengelola cintanya, terkhusus dalam mengumbar kemesraan di depan umum, pertama ABG tua dan kedua Alim tidak bermuruah.

Lihatlah betapa beraninya mereka berbuat, aneh tapi ada. Apakah mereka menyangka bahwa usia mereka seperti dulu? Atau hati mereka telah membatu, sehingga tiada sedikitpun rasa malu.




Putihnya rambut, berkerutnya kulit tidak menghalangi mereka bermain kucing-kucingan, tidak menghiraukan mata yang memandang dengan penuh rasa geli pada mereka.


Memang tidak ada yang salah ketika suami istri bermesraan, tapi disaat umur sudah di ujung senja masihkah pantas memperlihat rayuan dan kata-kata lembut diantara mereka di depan umum?


Seharusnya ia lebih banyak mengingat firman Allah –taala- “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memerhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Al-Hasyr: 18)


Mempersiapkan diri untuk menghadap Rabbul alamin, menyiapkan bekal menuju akhirat, memang ajal setiap manusia tidak ada yang tahu, tapi penyebab kematian orang tua jauh lebih banyak dari anak muda.  Sudah banyak tanda-tanda melekat pada diri mereka, diantaranya rambut yang memutih, turunnya kekuatan tubuh, ingatan yang melemah, banyaknya sakit yang diderita serta umur yang sudah lanjut. Tidakkah mereka sadar kalau mereka berada di ambang kematian?


Disisi lain ada pula sekelompok orang yang hilang rasa, mereka adalah seorang alim yang melunturkan muruahnya di hadapan orang ramai. Mereka adalah orang-orang yang mengklaim diri mereka para penuntut ilmu, menyandarkan diri mereka pada sebutan asatizah atau ustazat tapi ulah mereka tak beda jauh dari orang awam dalam menzhahirkan rasa malu.


Memang apa yang mereka lakukan tak serupa dengan kebanyakan orang, tapi setiap orang dihukumi berdasarkan kadar keilmuannya, misalnya saja orang awam yang bernyanyi dianggap biasa, tapi kalau orang yang disandarkan kepadanya sebutan penuntut ilmu atau ustadz akan tercela jika ia bernyanyi, terlebih di depan khalayak ramai. Hal ini serupa ketika orang biasa salat pakai kaos oblong, masyarakat menganggapnya biasa saja. Tapi jika itu dilakukan seorang pelajar agama atau ustadz, tentu harga dirinya tercoreng dalam pandangan kita semua.


Mereka merusak muruah mereka baik di dunia nyata maupun dunia maya, di dunia nyata mereka bersenda gurau dengan kata-kata romantis dan menebar sentuhan manja, padahal banyak mata yang memandang, bahkan adapula yang berbagi kemesraan dengan orang lain dengan berbagi senyum terhadap lawan jenis ajnaby, berbincang dengan sangat akrab,  tertawa besama dan berbagi suka cita, padahal ia tahu hanya pasangannyalah yang pantas mendapatkan senyum dan kemesraan itu.


Seperti apakah lecemburuan para salaf? Sa’ad bin ‘Ubadah radhiyallahu ‘anhu pernah berkata dalam mengungkapkan kecemburuan terhadap istrinya “Seandainya aku melihat seorang laki-laki bersama istriku niscaya aku akan memukul laki-laki itu dengan pedang ” Mendengar penuturan Sa‘ad yang sedemikian itu, tidaklah membuat Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam mencelanya, bahkan beliau bersabda: “Apakah kalian merasa heran dengan cemburunya Sa`ad? Sungguh aku lebih cemburu daripada Sa`ad dan Allah lebih cemburu daripadaku.” (Hr. Bukhari dan  Muslim)


Kecemburuan terhadap istri termasuk tiang keberhasilan rumah tangga, bahkan ia sebab masuk surga,  karna telah dinyatakan "Tiga gologan yang tidak akan masuk syurga dan Allah tidak akan melihat mereka pada hari kiamat, orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, perempuan yang menyerupai laki-laki, dan dayuts.” (HR. Nasa’i, Hakim dan Ahmad). Diantara makna dayuts adalah orang yang tidak cemburu terhadap istrinya.


Di media sosial mereka menyebarkan kalimat indah, memposkan untaian kata penuh dengan kemesraan. Seperti “terima kasih suamiku sayang”  apakah semua orang harus tahu kalau ia berterimakasih pada suaminya. Atau “ dik, kamu semakin cantik dan aku semakin cinta” untuk apa pamer kecantikan istri kepada dunia?


Atau memperlihatkan foto mereka berpegangan tangan, berpelukan walaupun dari belakang, bergandengan tangan meskipun pakai cadar.


Kalaulah orang beragama seperti itu, apalah lagi orang awam!


Bahkan sebenarnya tidak layak bagi setiap muslim memperlihatkan keromantisannya dengan pasangan di depan umum, karna keromantisan dan kemesraan itu adalah komsumsi mereka berdua saja, karna itu milik mereka dan yang lain tidak boleh menikmatinya. Memang terkadang orang yang dimabuk asmara lupa dengan keadaan dan lupa usia.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء