Langsung ke konten utama

Kuli Pasar yang menjadi Kepala Negara.....




Fakta Sejarah menyatakan Dengan kesungguhan dan Tawakkal Ia mampu merubah debu jadi permata, ia mampu mewujudkan mimpinya yang jika dilihat sekejap mata takkan mungkin diraihnya.......




Di Andalusia pada masa Dinasti Umayyah II, Ada tiga orang pemuda yang beprofesi sebagi kuli angkut di pasar dengan menggunakan keledai. Pada suatu malam, ketika makan malam, ketiganya duduk sambil bincang santai.

Pemuda Pertama: "Wahai Fulan Apa yang Kau Impikan?"

Pemuda Kedua   : "Aku ingin memiliki 4 ekor keledai agar aku bisa mendapatkan uang lebih banyak"

Pemuda Pertama : kamu, apa yang kamu impikan? (tanyanya pada Pemuda ketiga)

Pemuda ketiga       : Aku ingin memiliki sebuah toko dipasar, sehingga aku tidak lagi susah-susah jadi kuli dipasar.

“Kalau Kamu” kata salah seorang mereka kepada Pemuda Pertama.

“aku ingin menjadi Khalifah” Jawabnya dengan penuh semangat.

“Haahhh, Jadi Khalifah???, Yang benar Aja… seorang kuli pasar yang  memiliki harta hanya seekor keledai sepertimu ingin menjadi Khaliafah?” ucap temannya dengan nada merendahkan.

“ya aku ingin jadi khalifah, Seandainya aku menjadi khalifah, apa yang kalian berdua angan-angankan?” uacap Pemuda Pertama yang bernama Muhammad itu.

”Wah itu tidak mungkin,” jawab kedua temannya.

“Andai saja aku jadi khalifah,” timpal Muhammad.
“Ya, itu juga tidak mungkin,” kata temannya menimpali.
“Sudah aku katakan, seandainya saja aku menjadi khalifah.”
Dia berkata kepada salah satu temannya, “Apa yang kau inginkan teman?”
”Aku menginginkan kebun-kebun yang berbuah lebat.”
“Apa lagi?”
“Sekandang kuda”
“Apa lagi?”
“Aku ingin seratus budak wanita.”
“Lalu apa lagi?”
“Seratus ribu dinar emas.”
“Apa lagi?”
“Sudah cukup itu saja wahai Amirul mukminin.”

Muhammad tenggelam dalam lamunannya yang penuh ambisi itu. Dia melihat dirinya seakan duduk di kursi kekhalifahan memberikan permintaan temannya dan merasakan kegembiraan yang luar biasa.

Kemudian ia menoleh kepada temannya yang lain.

”Apa yang kau inginkan teman?”

”Wahai Muhammad, engkau hanyalah seorang kuli. Sedangkan kuli tidak pantas menjadi khalifah,” jawab temannya.
“Biarkan sajalah saya dengan semua khayalan saya. Apa yang kau inginkan?”
“Dengarlah wahai Muhammad, jika engkau menjadi khalifah, maka dudukkan aku di atas keledai, hadapkan aku ke belakang, kemudian suruhlah orang agar berjalan bersamaku di gang-gang kota dan hitamkan wajahku dengan arang sambil berteriak ‘Hai orang-orang, inilah Dajjal penipu. Siapa yang berjalan dengannya, atau berbicara dengannya akan kutempatkan dia di penjara!’.”



Lama kelamaan percakapan mereka pun mulai berubah menjadi dengkur. Mereka tertidur.


Bersamaan dengan terbitnya matahari, Muhammad bangun dan mendirikan shalat fajar. Setelah itu ia duduk terpekur. Dalam duduknya ia teringat kembali akan impiannya.


“Memang benar,” katanya dalam hati, “Seorang kuli tak pantas menjadi khalifah. Tapi apabila seseorang menjalani hidup tanpa ada perkembangan dalam keilmuan, tanpa ada penentu untuk cita-cita dan ambisinya, tak mungkin ia bisa maju. Bahkan dia akan tertinggal.”



Ia mulai memikirkan langkah awal untuk mencapai cita-cita yang ia inginkan. Akhirnya, sebagai harga untuk impiannya ia memutuskan untuk menjual keledainya.



Ibnu Abi Amir alias Muhammad pergi dengan membawa segenap kesungguhannya. Ia cari cara yang bisa mengantarnya pada cita-cita. Ia pun memutuskan untuk masuk akademi kepolisian. Uang hasil jual keledainya dibelikan untuk pakaian dan senjata di kepolisian. Kesungguhan dan semangatnya menjadikan karirnya cepat meningkat. Tak lama ia diangkat menjadi kepala polisi di Andalusia.


Saat ia menjabat sebagai kepala polisi, khalifah Umayyah meninggal dan digantikan oleh anaknya, Hisyam Al-Muayyid Billah yang saat itu baru berumur sepuluh tahun.
Apakah bisa anak sekecil itu mengurus pemerintahan?


Masyarakat bersepakat untuk mencarikan seorang penasihat untuknya, tapi mereka takut mengangkat penasihat dari kalangan Bani Umayyah karena bisa merebut tahta kerajaan. Akhirnya, mereka menetapkan semua penasihat harus dari luar Bani Umayyah. 


Jatuhlah pilihan kepada Muhammad bin Abi Amir, Ibnu Abi Ghalib, dan Al-Mushafi. Muhammad bin Abi Amir yang memiliki kedekatan dengan ibunda khalifah mendapat kepercayaan lebih. Dia pun mengadukan kelakuan buruk Al-Mushafi ketika menjadi penasihat kepada ibunda khalifah yang berbuntut dilengserkannya ia dari kursi penasihat. Muhammad akhirnya menikahkan puteranya dengan putri Ibnu Abi Ghalib.


Selang beberapa lama, akhirnya ia menjadi penasihat tunggal sang khalifah muda. Ia membuat sebuah keputusan umum bahwa khalifah hanya boleh keluar dengan izinnya. Selain itu, ia juga menetapkan bahwa pergantian masalah hukum harus dilakukan di istananya. dengan kata lain dialah khalifah, karna keputusan berada ditangannya.

Beberapa kali pasukan Bani Umayyah berperang dan menaklukkan beberapa kota. Daulah Bani Umayyah di masa Muhammad bin Abi Amir pun semakin luas. Muhammad juga menjadikan kenyataan beberapa kemenangan dimana para khalifah Bani Umayyah belum pernah mencapainya di Andalusia. Sampai sebagian dari ahli sejarah mengatakan bahwa waktu itu adalah masa terputus di daulah Umayyah, dan dinamai dengan daulah Amiriyyah. Begitulah yang diperbuat sang penolong, Muhammad bin Abi Amir. Dia mampu menjadikan angannya kenyataan dengan tawakkal kepada Allah dan memanfaatkan kemampuan terpendam yang dikaruniakan oleh Allah.

Suatu hari, tiga puluh tahun berselang sejak dijualnya keledai, setelah sang penolong menduduki kursi kekhilafahan dan

dikelilingi para ulama, fukaha, dan para pemimpin, ia teringat dua orang kuli, temannya dahulu. Lantas dia mengutus seorang tentara  untuk menemui mereka.


”Pergilah ke kota itu. Jika kau dapati dua orang laki-laki dengan ciri seperti ini, datangilah dan katakan pada mereka, kamu dipanggil oleh Amirul Mukminin.”
Tentara itu pun berangkat dan menemukan dua laki-laki dengan ciri-ciri yang disebutkan oleh Ibnu Abi Amir. Pekerjaan mereka masih sama. Tempat mereka sama. Kepandaian mereka juga sama. Mental kuli mereka juga masih melekat sejak tiga puluh tahun silam.
”Sesungguhnya Amirul Mukminin meminta kalian berdua ke istana.”
”Kami tidak melakukan kesalahan apa-apa, kami tidak melakukan apapun,” jawab si teman.
“Amirul mukminin menyuruhku untuk membawa kalian ke hadapannya.”
Sesampainya di istana, mereka takjub ketika melihat bahwa sang khalifah adalah Muhammad, teman mereka dahulu.
”Apakah kalian berdua masih mengenaliku?” Tanya Muhammad.
“Ya, wahai Amirul mukminin,” jawab keduanya, “Justru kami takut bahwa engkaulah yang sudah tidak mengenal kami.”
“Aku masih mengenali kalian.”
Kemudian Muhammad melihat ke kebun di samping dan berkata:
“Tiga puluh tahun lalu kita bersama-sama bekerja sebagai kuli. Suatu malam kita duduk-duduk berbincang bincang. Saat itu aku membayangkan menjadi khalifah dan bertanya apa yang kalian inginkan.”
Lalu ia menoleh ke salah satu dari mereka,
”Apa yang kalian inginkan, teman-temanku?”
“Kebun yang berbuah lebat,” jawab temannya.
”Kebun yang ini dan ini sekarang milikmu. Apa lagi?”
“Sekandang kuda”
“Baiklah kau mendapatkannya. Apa lagi?”
“Seratus budak wanita”
“Engkau akan miliki seratus budak wanita itu. Apa lagi?”
“Seratus ribu dinar emas”
“Itu milikmu. Apa lagi?”
“Sudah cukup wahai Amirul mukminin,” kata temannya itu.
“Engkau juga mendapatkan gaji tanpa kerja, dan bisa masuk istanaku tanpa birokrasi.”

Kemudian ia menoleh kepada temannya yang lain dan bertanya,

“Apa yang kau inginkan?”

“Maafkan aku wahai Amirul Mukminin,” jawabnya.
“Tidak, demi Allah, sampai kau beri tahu mereka apa yang kau inginkan.”
”Kita kan teman wahai Amirul mukminin.”
“Tidak, demi Allah, sampai kau beri tahu mereka apa yang kau inginkan.”
“Jika engkau menjadi khalifah, maka dudukkan aku di atas keledai, hadapkan aku ke belakang, kemudian suruhlah orang
agar berteriak ‘Hai orang-orang, inilah sang pembohong ulung. Siapa yang berjalan dengannya, atau berbicara dengannya akan kupenjarakan dia!’.”
“Laksanakan sesuai dengan yang ia inginkan agar dia tahu bahwa Allah Maha sanggup atas segala sesuatu.” kata Muhammad bin Amir.




Kejujuran Muhammad Sang Khalifah
Dia memiliki rencana besar untuk membangun sebuah jembatan sebagai penghubung dua kota yang dipisahkan sebuah sungai.

Proyek itu dianggarkan empat puluh ribu dinar emas. Meskipun menelan biaya besar, khalifah melihat sisi manfaatnya yang lebih besar bagi kelancaran transportasi dan kegiatan perekonomian masyarakatnya.

Diharapkan proyek itu dapat terealisasi. Oleh karena itu, penguasa harus membeli sepetak tanah milik orang tua yang miskin karena pada tanah itulah akan dibangun fondasi untuk jembatan tersebut. Khalifah menyuruh petugas proyek untuk membeli tanah tersebut dengan harga 100 dinar.

Petugas proyek pun melaksanakan perintah tersebut. Ia menemui si pemilik tanah dan bertanya kepadanya,

"Berapa akan kauj ual tanahmu ini?"
Orang tua miskin itu menjawab, "Lima dinar!"

Melihat tawaran orang tua miskin yang sangat rendah tersebut, petugas proyek berpikir untuk membeli tanah tersebut di bawah harga yang ditetapkan oleh sang khalifah. Artinya, ia telah menghemat pengeluaran negara.

Akhirnya, petugas tersebut menawar tanah yang dimaksud dengan harga 10 dinar, yang berarti dua kali lipat dari harga yang diminta pemilik tanah.

Tentu saja orang tua itu bahagia bukan kepalang. Baginya uang sepuluh dinar sangat besar. Ia bisa membeli tanah baru dan menabung sisanya.

Sementara itu, petugas proyek merasa telah menyelesaikan tugasnya dengan baik, bahkan menganggap dirinya telah berjasa menghemat pengeluaran negara. Ia pun menceritakan tawar-menawar yang terjadi dan berharap sang khalifah akan memuji idenya.

Mendengar hal tersebut raut wajah sang khalifah menunjukkan kekecewaan yang mendalam kepada petugasnya. Ia pun memerintahkan untuk memanggil lelaki tua miskin itu ke hadapannya.

Perintah pun dilaksanakan. Tidak lama kemudian, lelaki tua itu datang menghadap dengan seribu tanda tanya di kepalanya, "Apakah khalifah akan memarahiku karena telah menjual tanah dengan harga mahal?" pikirnya.

Di luar dugaan, ternyata Khalifah Manshur menyambutnya dengan wajah ceria seraya berkata, "Wahai Bapak Tua, benarkah engkau rela menjual tanahmu dengan harga sepuluh dinar?"

"Benar, Tuan. Aku telah ikhlas menjualnya," jawab lelaki tua itu.

Khalifah Manshur kembali berkata, "Bapak Tua, tanah itu akan digunakan untuk kepentingan dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu, aku sampaikan terima kasih kepadamu atas kesediaan menjual tanah dengan harga murah. Namun, sebelumnya kami telah menetapkan untuk membeli tanahmu seharga seratus dinar. Jadi, terimalah sisa pembayaran yang harus kauterima!"

Lelaki tua itu terperanjat atas keputusan sang khalifah. Sama sekali ia tidak menyangka hak-haknya akan dihargai sedemikian rupa oleh penguasa. Ia pun berdoa semoga keberkahan senantiasa dicurahkan kepada pemimpin yang adil dan mengutamakan hak-hak rakyatnya


Memiliki mimpi itu penting, sama pentingnya dengan action plan. Mimpilah yang membuat Anda bergerak. Tanpa mimpi Anda akan diam di tempat. Mulailah dari bermimpi kemudian raihlah sukses Anda karena kebanyakan orang sukses memulai dari mimpi.
Banyak hal yang bisa menghalangi kita dari sukses. Namun, tidak ada seorang pun yang bisa menghalangi kita dari bermimpi. Setinggi apa pun mimpi Anda. Yang terpenting setelah bermimpi adalah take action, mengambil langkah untuk mewujudkannya. Mimpi Anda sekarang, menentukan hidup Anda beberapa tahun ke depan.
Saatnya Anda buat mimpi Anda sekarang, dan gariskan langkahmu menuju mimpimu yang jauh dan berat itu....
Jika mereka bisa, kamu jga bisa... tergantung pada kesungguhanmu.......
ingat untuk meraih cita-cita, tidak mngenal waktu dan usia, tidak mengenal suku dan bangsa, tidak peduli kamu sicacat atau sempuran, tidak pula kaya dan miskin, apalagi bodoh ataupun pintar,,,,, Raih mimpimu walau siapapun dirimu>>>>>




Referensi :
1.   Majallah : Qiblaty
2.   Video  di Youtube    :
1)  الشيخ محمد العريفي (ابن أبي عامر الحمار الذي أصبح خليفة)
2)  شخصيات أندلسية (الحاجب المنصور محمد بن أبي عامر)
3)  تارخ الأندلس المفقود (عهد الحاجب المنصور)
3.   Internet :
1)  Kumpulan-kisa2 blogspot.co.id
2)  Merdeka.com
4.   Buku :
1)  البيان في أخبار الأندلس والمغرب
2)  الحلة السيراء
3)  Buruh Menjadi Khalifah

(Saya Belum Baca ketiga buku diatas, Namun saya sudah baca beberapa buku di Maktabah Syamilah tentang Beliau, hanya saja kisahnya tidak lengkap)


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء