Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2017

Renungan sebelum menulis

Kefasihan lisan dan menguasai seni bicara tidak dimiliki semua orang, demikian juga ketangkasan dan ketajaman pena tidak dimiliki oleh semua insan. Bahkan banyak yang fasih lidah tapi tak lancar penanya, ada yang tangkas penanya tidak mahir lidahnya. Hanya insan-insan tertentu yang Allah karuniakan kefasihan lidah dan ketajaman pena, di mana keduanya akan dipertanggung jawabkan dihadapan Allah taala. Peranan lidah dan pena adalah sama yaitu menyampaikan pesan kepada sasaran yang dituju, pesan itu hendaklah menggambarkan apa yang tersimpan dalam benak, perasaan atau pikiran sipenyampai pesan. Jika ia menyampaikan suatu yang berbeda dengan apa yang diyakininya benar maka ia adalah penghianat.     Pembicara atau penulis yang baik adalah yang mampu menjadikan sasaran  dapat menghayati perasaannya atau menikmati ilmunya, ini bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan oleh semua orang.   Sebelum menulis mari renungkan beberapa hal berikut :   Pertanggungjawan lisan dan tulisa

Saat tokoh agama bersalah!

Seorang tokoh agama adalah panutan orang banyak, entah ia berjulukan Kiyai, Ustadz, Buya dan sebutan lainnya yang bermakna mereka adalah insan yang menguasai ilmu agama dan pantas menjadi panutan serta rujukan orang banyak. Setiap tokoh agama selalu mengajak kepada akhlak mulia, mengajar hikmah dalam menghadapi perbedaan, menekankan sifat pemaaf dan objektive pada pihak yang bersalah atau berbeda pemahaman dengan kita. Namun, kenyataan berkata lain. Tidak jarang para tokoh agama itu menyerang tokoh lain dengan ucapan yang lebih tajam dari pedang yamani, kata-katanya lepas begitu saja tanpa adanya timbangan rasa dan periksa. Lupakah ia bahwa kullu bani adam khattaun, setiap orang pasti salah dan sebaik yang bersalah adalah yang bertobat. kesalahannya itu benarkah salah mutlak atau itu merupakan perbedaan pendapat yang memang sudah diperselisihkan ulama besar sebelumnya?  Mengapa tergesa-gesa menebaskan pedang vonis keleher tokoh yang masih diduga salah ini? 

Membaca dan Menulis

Aku ingin jadi penulis dimana karyaku bisa dibaca oleh jutaan orang di bumi. Kebaikan akan mengalir padaku selagi tulisanku dibaca orang. Keren! Keren banget! Tapi, gimana yah? Kok, aku tidak tahu mesti nulis apa? Pernah, punya impian dan pertanyaan seperti itu? Yang merasa berbakat nulis mungkin saja mempunyai cita-cita yang mulia tersebut. Tapi terkadang, kebanyakan kita hanya bisa berangan-angan tanpa mau berusaba keras untuk mewujudkannya. Kita ingin menjadi seorang Penulis terkenal, tapi kita lupa satu hal, MEMBACA! Kita yang Muslim tentu tahu, perintah pertama dari Allah kepada Muhammad adalah, IQRA'! BACA! Nah, kenapa kita harus membaca dulu sebelum menulis? Perkaya dulu ilmu pengetahuan kita. Perbanyak membaca buku-buku apa saja ya g dirasa berguna dan bermanfaat bagi pikiran. Kalau membaca sudah jadi kebiasaan, maka ribuan ide bakalan tersaji dengan sendirinya. Seorang Penulis yang baik harus mempunyai waktu untuk membaca karya orang lain.

Mengapa mereka membela Ibn Taimiyah?

Sebelum menjawab pertanyaan tersebut hendaklah kita mengenal siapa tokoh ini, Ibn Taimiyah adalah seorang reformer dizamannya, namun  pengaruhnya sampai hari ini masih meresap disetiap jiwa yang jujur dalam mencari kebenaran. Pernahkah kau mendengar nama Ibn Katsir, Ibn Alqayyim dan Imam Az Zahabi? Tahukah kamu bahwa mereka semua adalah murid-murid dari Ibn Taimiyah? Menagapa Ibn Taimiyah dan bukan Imam Syafii atau Imam Nawawi, atau Imam Bukhari dan Imam Muslim yang kita bela? Karna senua ulama diatas dihormati dan diakui oleh kaum muslimin, seandainya suatu hari nanti mereka juga terfitnah atau dicela maka dengan sepenuh jiwa kita harus membela mereka pula. Ibn Taimiyah pantas kita bela karna ia terzhalimi oleh para pendengki, beliau meninggal dalam penjara karna kezhaliman ini. Sebagian orang menyatakan bahwa tanda kesesatan Ibn Taimiyah adalah dipenjaranya ia oleh pemerintah, mereka tidak tau kalau pemerintah berpihak kepada kelompok yang menentang Ibn Taimiya

Satu kata merubah hidupmu

Oleh : U. Abdurrahman Ad Difi Lc. Jangan anggap remeh sekecil apapun nasehat atau arahan seseorang, bisa jadi ia menjadi penyebab kesuksesanmu dan kejayaan suatu bangsa. Kalimat yang terlepaskan untuk seseorang jika mengenai hatinya maka ia akan menjadi mesin penggerak dalam kehidupan. Satu kata merubah hidupmu maksudnya adalah nasehat yang dapat merubah hidup kita. Untuk membuktikan semua itu kita biarkan zaman yang berbicara tentang lahirnya ulama-ulama besar karna satu kata yang mengantarkan mereka menjadi tokoh besar yang memiliki pengaruh sampai hari ini, tokoh yang selalu dikenang masa. Berikut kisah satu kalimat yang mengugah jiwa tokoh terkenal : 1. Seorang perampok atau pembegal daerah Samarqand yang ditakuti, tersiram jiwanya saat mendengar seseorang membaca firman Allah taala "tidakkah telah datang waktunya bagi orang beriman agar hati mereka tunduk dengan zikrullah?" (QS. Al hadid : 16)  Beliau menjawab " Benar Ya Rabb, telah datang wakt

Stop Wahhabism !!!!!

Perkataan ‘wahhabi’ dalam penulisan Barat mempunyai berbagai uraian. semuanya menjurus kepada aliran Islam yang dilihat  berpegang kepada nas-nas al-Quran dan al-Sunnah secara literal dan enggan melihat tafsiran yang lebih moden atau tafsiran yang agak ‘western influence’. Clinton Bennet memasukkan ‘wahhabis’ dan deobandis dibawah kelompok ‘traditionalists’ yang berarti sekaligus berada di bawah aliran ‘fundamentalist’ (lihat: Muslim and Modernity 18-20, London: Continuum). Sebahagian penulisan Barat melihat wahhabi sebagai aliran yang menganggap ‘hanya Islam agama yang benar’, wajib menegakkan ‘Islamic State’, adanya ‘jihad’ menentang kuffar dan lain-lain ciri-ciri yang dianggap unsur ‘padang pasir’ sekaligus dikaitkan dengan terrorism. Di Nusantara, perkataan ‘wahhabi’ adalah perkataan misteri. bagaimana tidak, banyak yang menyebutnya atau menfitnah orang lain dengan menggunakan perkataan itu, padahal mereka pun tidak faham. Di sesetengah tempat seseorang dituduh w