Seorang
tokoh agama adalah panutan orang banyak, entah ia berjulukan Kiyai, Ustadz,
Buya dan sebutan lainnya yang bermakna mereka adalah insan yang menguasai ilmu
agama dan pantas menjadi panutan serta rujukan orang banyak.
Setiap
tokoh agama selalu mengajak kepada akhlak mulia, mengajar hikmah dalam
menghadapi perbedaan, menekankan sifat pemaaf dan objektive pada pihak yang
bersalah atau berbeda pemahaman dengan kita.
Namun,
kenyataan berkata lain. Tidak jarang para tokoh agama itu menyerang tokoh lain
dengan ucapan yang lebih tajam dari pedang yamani, kata-katanya lepas begitu
saja tanpa adanya timbangan rasa dan periksa.
Lupakah
ia bahwa kullu bani adam khattaun, setiap orang pasti salah dan sebaik yang
bersalah adalah yang bertobat. kesalahannya itu benarkah salah mutlak atau itu
merupakan perbedaan pendapat yang memang sudah diperselisihkan ulama besar
sebelumnya?
Mengapa tergesa-gesa menebaskan pedang vonis
keleher tokoh yang masih diduga salah ini?
Lupakah
ia bahwa sabqul lisan dimaafkan, tidak mungkin semua yang terucap oleh
seseorang selalu benar! Harusnya setiap kita sadar bahwa tak ada yang sempurna
dimuka bumi ini, hingga muncul prinsip memberikan beribu uzur untuk mereka
sebelum memutuskan ia salah.
Anehnya
banyak tokoh ulama dan penuntut ilmu yang mencari-cari kesalahan tokoh yang tak
sepaham dengannya, mengkaji buku dan mendengarkan video mereka dengan sangat
teliti hanya untuk mencongkel dan mengorek kesalahan tokoh tersebut, padahal
terkadang salah itu hanya kesalahan kecil namun dibesar-besarkan kemudian
disebarkan ke masyarakat dengan berbagai wasilah yang ada. Para followernyapun
kemudian menelan celaan itu mentah-mentah.
Bagi
kita yang berhati dan fikiran jernih janganlah terbawa dengan arus fitnah cela
mencela ini, dan selayaknya kita membela setiap saudara kita yang terzalimi
semampu kita, tentunya dengan hikmah. Jangan balas api dengan api, tapi
sambutlah ia dengan air yang layyin dan latif.
Komentar
Posting Komentar