Ummi adalah kata terindah yang diucapkan lisan, ummi panggilan paling mulia yang didengar telinga, ummi adalah tempatku bernaung dari awal penciptaanku hingga akhir nafasku.
Ketika itu aku masih setetes mani, kemudian aku menjadi segumpal darah, menjadi segumpal daging dan setelah empat bulan Allah taala memerintahkan malaikat – Nya untuk meniup roh pada tubuhku, maka jadilah aku janin yang lemah. Namun Allah menempatkanku di tempat yang kokoh yaitu rahim ummiku, aku berlindung disana, aku bertahan dan berjuang di sebuah rumah yang sanagat sempit namun terasa begitu luas dan nyaman karena ummiku sangat menyayangiku dan selalu menjaga dan merawatku.
Hari – hari berlalu, minggu memanggil bulan, disaat itulah aku semakin tumbuh dan berkembang, tubuhku bertambah kuat, terkadang aku menendang perut ummiku karena kegirangan. Sekarang ingin rasanya aku menembus ruangan yang menyelimutiku, aku ingin melihat wajah ummiku, aku ingin mendengar merdunya suara ummi, betapa indahnya dan cantiknya wajahmu wahai ummi dan betapa bahagianya aku bila memandangmu.
Waktu yang ditetapkan semakin dekat untukku keluar dari pintu itu, di saat itulah ummi memulai perjuangannya, ummi adalah seorang wanita, wanita adalah makhluk yang lemah fisiknya namun kasih sayang untuk buah hatinya membuat dia manusia perkasa yang apa bila beban yang menimpanya diletakkan di pundak seorang lelaki tangguh pastilah ia tidak akan sanggup memikulnya.
Hari – hari dijalaninya dengan berat, terkadang dia mengeluh karena sakit yang dideritanya, namun sakit itu segera hilang bila dia ingat matahari kecilnya kan segera terbit dan tersenyum padanya. Dia harus menahan keinginannya demi aku yang berada di dalam dirinya, dia rela melakukan yang dia benci untuk kebaikanku anaknya yang berada dalam badannya.
Ummi betapa besar jasamu dan betapa sabarnya dirimu, ketika umurku sudah mencapai sembilan bulan, terpancar cahaya kebahagiaan di matanya karena perjumpan dengan buah hati sudah dekat, kerinduan dan harapan segera terwujud, namun dia juga takut karena harus menghadapi pertarungan hebat yang mempertruhkan nafasnya dan nafasku. Apakah ia sempat merasakan sinar mentari esok hari? Ataukah awan hitam muncul sebelum pagi?
Dia harus berjuang untuk keselamatan nyawanya dan keselamatanku hingga mimpi - mimpi indahku dulu bisa terwujud. Akhirnya aku terlahir ke dunia, namun kenapa bukan ummi orang yang pertama ku lihat, mana ummiku, aku hanya ingin bersama ummi, jangan sentuh aku! Begitu panjang penantianku untuk pertemuan ini, ummi dimana engkau ummi, raihlah aku, peluk diriku, cium aku.
Tiba – tiba ku merasakan sentuhan yang begitu lembut, dialah rinduku, dialah jantung hatiku, ummiku sayang. Wajah ummiku begitu lemas dan pucat, terlihat kebahagiaan dalam sinar matanya. Sedangkan pahlawanku, ayah kebanggaanku nampak bahagia duduk di samping ummi.
Hari ini aku hanya bisa menangis, aku tidak akan berhenti menangis kalau bukan ummi yang menenangkan dan menghapus air mataku. Ummi memberiku makanan terbaik di dunia, air susunya yang lezat, aku tidak menginginkan yang lain karena itu cukup bagiku. Bila malam tiba ku ketakutan dan akupun menangis, aku tidak peduli dengan sekelilingku, hanya ummi yang terlihat, ia tenangkanku, dia peluk aku, ummi betapa besar jasamu.
Sering kali ummi bicara denganku, namun aku tidak paham apa yang diucapkan ummi, tapi aku setia mendengarkan apalagi bila ibu melantunkan ayat Alquran untukku.
Komentar
Posting Komentar