Langsung ke konten utama

Jawaban Mematahkan



Terkadang ada orang yang memiliki hati berlumpur, iri dan dengki melihat orang lain baik atau merendahkan orang yang memiliki kekurangan, sehingga muncul sikap menghina atau merendahkan, baik dengan perbuatan ataupun ucapan.


Bagaimana cara menghadapi orang seperti ini? Tentunya disesuaikan dengan keadaan, diantara jawaban yang tepat sekaligus mematikan dari orang seperti itu adalah dua kisah berikut:

1. Agus Salim yang diejek seperti kambing karna berjenggot

Hamka menuturkan : Pada masa penjajahan Haji Agus Salim melakukan pidato dalam suatu rapat umum di Yogyakarta. Ketika ia baru saja naik ke mimbar, pemuda-pemuda yang membenci pendirian politiknya sudah mengembek-mengembek seperti kambing karna beliau berjanggut. Beliau hendak disamakan dengan kambing.

Secepat itu juga, beliau beliau berkata kepada ketua rapat "ini adalah rapat manusia, Tuan ketua. Harap tuan ketua menghalau kambing-kambing itu keluar."

Secepat kilat beralihlah ejekan kambing kepada orang-orang yang mengembek. Beliau terhindar dari ejekan sebagai orang yang berjanggut. (Hamka/Pribadi Hebat, h.18-19)

2. Seperti perempuan

Pada suatu hari seorang pemuda mengunjungi kenalannya yang berada dikebun, baru saja ia sampai sipemilik kebun berkata "Aku melihatmu dari jauh seperti wanita"

Mengkin pemuda tersebut memiliki sifat tubuh yang lembut yang menyerupai wanita, dengan segera ia menjawab "sedangkan aku melihatmu dari  jauh seolah kamu adalah laki-laki" (Abdullah bin Muhammad Daud/Muta'tul hadist)


Dari jawaban H. Agus Salim menjadikan para pemuda yang tidak menyukainya benar-benar dianggap kambing.

 Sedangkan si pemuda jelas sekali jawabannyalebih kuat dari pada ucapan kenalannya itu, karna seperti wanita berarti masih laki-laki, tapi seperti laki-laki berarti ia adalah wanita.

Jawaban seperti ini terkadang kita butuhkan, agar kambing pengembek dan ayam betina yang berkotek berhenti mengganggu pendengaran kita.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء