Langsung ke konten utama

Nilai Perhatian dan Kepedulian seorang guru



Banyak cara untuk meningkatkan prestasi anak didik, tentunya sebagai seorang guru hendaklah memiliki ilmu psikologi pendidikan sedikit banyaknya. Selain itu ia juga harus pandai menimbang rasa dan memilih sikap yang tepat pada peserta didik yang butuh perhatian lebih.





Hal ini sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan si anak, baik dibidang akademik ataupun kepribadiannya. Tentunya perhatian itu diberikan berdasarkan sisi yang menjadi sorotan dan sesuai takarannya, tidak boleh berlebihan.

 

 

Seorang Ulama Besar berdarah minang yang mengemparkan Seantero Sumatera, hingga Jawa bahkan sampai ke Malaysia dan Singapura, yaitu Dr. Abdul Karim Amrullah atau lebih dikenal Haka, ayah dari ulama kebanggaan Indonesia yaitu Prof. Dr. Hamka, diantara penyebab ia menjadi orang besar adalah perhatian dari gurunya yang mampu menguatkan serta mengokohkan kesungguhan yang sudah ada dalam jiwanya untuk menuntut ilmu.

 

Hamka menuturkan dalam Ayahku bagaimana Ayahnya Haka mengenang gurunya Syaikh Ahmad Khatib al minangkabawi dalam memberikan perhatian padanya : Demikianlah tujuh tahun lamanya beliau belajar kepada orang besar yang terkenal itu. Beliau sangat cinta kepada gurunya dan selalu menjadi buah mulutnya. Jarang ada satu hari yang terlepas beliau menyebut nama gurunya itu sampai tuanya.

 

Haka menceritakan kepada Hamka bahwa gurunya itu sangat arif, ia sangat memperhatikan dirinya termasuk masalah keuangan, karena kiriman dari ayahnya datang sekali setahun yaitu dimusim haji, terkadang belanja tak mencukupi dan habis sebelum waktunya.

 

 

Pantaslah rasanya Haka yang juga menjadi perintis dan pelopor dakwah pembaharuan dan pentasfiyahan aqidah di Indonesia dan Malaysia itu setelah gugurnya ia dicintai dan dipercayai oleh Imam sekaligus khatib dimasjidil haram di masanya.

 

 

Saya pernah menemukan seorang murid yang tadinya tidak menyukai sebuah mata pelajaran karena dianggap sulit dan tidak begitu bermanfaat, ia menjadi handal dan rujukan teman-temannya karena perhatian guru mata pelajaran tersebut yang menumbuhkan semangat untuk belajar, setiap kali ada orang bertanya padanya tentang resepnya dalam belajar hingga menguasai ilmu itu atau setiap ada yang memujinya, setiap itu pula nama gurunya itu disebut-sebut dengan penuh kebanggaan.

Pada kesempatan lain saat SMP saya mengenal seorang siswa yang mampu menguasai sebuah mata pelajaran hanya dengan mendengarkan penjelasan dari gurunya, ia dapat menguasai serta mengingatnya tanpa mencatat serta mampu mengembangkannya.

Ternyata gurunya memberikan perhatian kepadanya, sampai ke permasalahan pribadi si guru dengan senang hati memberikan bantuan untuknya.

 

Di SD, lain pula ceritanya, siswa yang unggul dari kelas satu menjadi merosot prestasinya pada kelas empat karena salah seorang guru yang tidak peduli dengan permasalahan yang dihadapi murid-muridnya, termasuk siswa tadi, sehingga membuatnya benci untuk belajar.

 

Saya mengenal seorang remaja yang masuk ketegori tiga remaja terbejat di daerah kami, dulunya ia sering berkata kotor pada ibunya, ayahnya pernah dikejar dengan parang, suka mencuri, sering menganiya yang lebih lemah darinya, melempar piring atau periuk jika masakan ibunya tak enak, berjudi dan sifat lainnya.

 

Hari ini, ia menjadi tiga pemuda yang paling dihormati dan disegani di daerah kami karena keilmuan dan keshalihan yang ada pada dirinya.


Saya sangat mengetahui proses perubahannya, karena saya bersamanya waktu itu, seorang guru mengaji telah berhasil melakukan perubahan pada diri kami berdua. Ia menanyakan kabar kami, membantu menyelesaikan permasalahan yang kami hadapi, berkunjung ke rumah kami hanya untuk memastikan kami baik-baik saja dan memberi hadiah.


Saat itu saya baru lulus SD, kami berdua sampai hari ini merasa berhutang budi pada guru tersebut. Bagaimana tidak, melalui dia, remaja tadi berubah dan diapun sejak saat itu menjadi teman dekat saya, kami sama-sama belajar di masjid kepada guru itu. Saya juga begitu, saya menjadi jauh lebih baik dari sebelumnya, pengajaran rohani dari beliau masih tertancap sampai sekarang di hati kami berdua. Semoga Allah taala membalas kebaikan guru kami itu dan memaafkan kesalahannya, amin.


Mari kita hidup dengan mereka, duduk bersama mereka sambil bercerita, ikut bermain dengan mereka, kalaulah begitu keadaan antara guru dan murid, akan lahir keakraban sehingga murid dengan mudah berterus terang menyampaikan masalahnya, serta tumbuh semangat belajar dalam dirinya karena para guru menyenangkan. 

 

Sesekali bicara berdua dengan murid yang memang dibutuhkan, tanyakan keadaan mereka, tawarkan solusi untuk permasalahan yang mereka hadapi. 

Kemudian agar si guru mengamalkan apa yang ia ajarkan, sebab hal ini sangat kuat pengaruhnya terhadap  jiwa murid, sebagaimana yang dituturkan oleh Ibnul Jauzi rahimahulllah dalam Shaidhul Khatir setelah menyebutkan sifat dua orang guru beliau yaitu Abdul Wahhab Al Anmathy dan Syaihk Abu Manshur Al Jawaliqy rahimahumallah : Aku lebih banyak mengambil manfaat dari keduanya dari pada selain mereka,  maka akupun memahami dari hal ini bahwa pengajaran dengan perbuatan lebih kuat daripada ucapan.

 

Menjadi guru bukan hanya menanam pengetahuan pada murid, tapi juga menanamkan kepribadian pada mereka. Si pendiam, yang kurang cerdas, yang bodoh, tukang ribut, si bandel, pemalas dan berbagai tipe lainnya haruslah mendapat perhatian khusus, dibandingkan temannya yang lain. Begitu juga mereka yang berprestasi, perhatian untuk mereka bertujuan untuk meningkatkan prestasi yang sudah diraih dan menanamkan sikap kepedulian dalam hati mereka untuk teman-teman yang berada di bawah.

 

Dan memang ini tidak mudah, karena akan ada penambahan kerja sebagai guru, manambah beban pikiran, waktu dan biaya. Ketahuilah, guru memiliki tanggungjawab besar terhadap masa depan murid-muridnya dan akan dipertanggungjawabkan di akhirat kelak. Maka jadilah guru yang memandang dunia dan akhirat dalam mendidik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء