Saya tanya mereka “emangnya agama kalian apa?” “hari gini masih memikirkan agama, ngabisin waktu aja” jawab mereka. “kalian aja tidak punya agama, bagaimana kalian bisa bantu saya, saya lagi pusing mikirkan mana agama yang benar”
Beberapa hari yang lalu saya bercerita dengan salah seorang teman dari mentawai, dia seorang
Muallaf. Dia mengatakan kalau dia susah menghapal Alquran, dia adalah Mahasiswa
STAI As-Sunnah di Fakultas Tarbiyah jurusan Bahasa Arab dan saat ini ia sudah
Semester tiga. Disini setiap Mahasiswa wajib menghapal Alquran minimal 1 Juz
dalam semester, Karna saya adalah Musyrifnya (pengasuh) pada hapalan Alquran
kelompoknya maka dia menyampaikannya pada saya. Berikut dialog kami berdua, Kita
anggap saja namanya Ja’far dan saya Rail.
Ja’far : Ustad, susah kali menghapal ni.
Mungkin karna pengaruh makanan saya dulu kayaknya
Rail :
Emangnya kamu makan apa sebelumnya?
Ja’far :
Khinzir, (Babi)
Rail :
o ya, ngomong-ngomong kamu udah berapa lama masuk Islam?
Ja’far :
udah empat tahun yang lalu Ustad
Rail :
gimana sih ceritanya kamu masuk islam?
Ja’far :
sebabnya karna seorang turis dari prancis
Rail :
ya, kok bisa! Emangnya agamanya apa?
Ja’far :
dia tidak punya agama
Rail :
trus kok bisa menjadi penyebab kamu masuk Islam?
Ja’far : gini Ustad, Saya dulu bekerja
di Jasa Pariwisata di Mentawai. Saya bekerja sebagai pemandu wisatawan yang
datang ke Mentawai. Pada suatu hari saya memandu turis dari prancis. Trus dia
nanya “kamu agamanya apa?” saya jawab “kristen”. Dia bilang “kamu tau agama
kristen itu nggak jelas, coba kamu lihat wajah Yesus aja banyak macamnya dan
entah mana yang benar” mendengar ucapannya itu saya jadi berfikir “betul juga”.
Saya bertanya balik “kalau kamu agamanya apa?” “saya tidak punya agama, bagi
saya yang penting kita yakin bahwa jagat raya ini ada penciptanya dan berusaha
berbuat baik”. Setelah itu saya datangi
Pastor dan menayakan padanya dalam hal ini, namun jawabannya tidak memuaskan
saya. Kemudian saya pergi menemui salah seorang Ustad dan bertanya tentang
konsep ketuhanan. Ustad tersebut membacakan pada saya surat Al-Ikhlas beserta
artinya. Dia mengatakan Bahwa Tuhan itu tidak beranak dan tidak diperanakan,
karana kalau dia beranak atau diperanakan berarti dia membutuhkan orang lain,
sedangkan Tuhan itu Maha Kuasa. Tidak menyerupai apapun, oleh karena itu Ia
tidak bisa dgambarkan.
Rail : trus?
Ja’far : Saya kembali mendatangi
Pastor dan menayakan padanya tentang konsep ketuhanan, Pastor tidak menjawab
tapi dia marah-marah dan melarang saya untuk mencari tau lagi ataupun bertanya
pada Ustad tersebut.
Ja’far : setelah hari itu saya menjadi
bingung dan mulai ragu dengan agama kristen, pada suatu hari saya kedatangan Turis dari New York 3 orang. Pikiran
saya selalu sibuk dengan konsep ketuhanan kristen yang membingungkan, sayapun
banyak melamun. Melihat saya seperti itu mereka berkata “kamu kenapa, kalau ada
masalah cerita pada kami, mana tau kita bisa bantu” saya tanya mereka “emangnya
agama kalian apa?” “hari gini masih memikirkan agama, ngabisin waktu aja” jawab
mereka. “kalian aja tidak punya agama, bagaimana kalian bisa bantu saya, saya
lagi pusing mikirkan mana agama yang benar. Kalian tau bumi ini beserta isinya
pasti ada yang menciptakan, tidak mungkin datang sendiri” kata saya sok paten
menceramahi mereka, merekapun diam mendengar ucapan saya. Sekarang saya
bertambah bingung karna ucapan mereka mempengaruhi saya yaitu hidup tanpa agama
lebuh baik. Melihat saya masih seperti itu, mereka perkata “udah.. nggak usah
terlalu difikirkan. Santai aja,, nikmati hidupmu” saya jawab “saya sudah coba
untuk berpandangan seperti kalian tanpa agama, tenang, menikmati hidup tapi
saya tidak bisa”. “udah sekarang mari kita bersenang-senag dulu, ayo beli makan”
kata mereka. “kalau begitu ayolah, beli” balas saya. merekapun mengeluarkan
uang 3 juta. Saya pergi beli ayam dan babi, maklum lah saat itu saya belum
paham”
Ja’far : sejak saat itu, pikiran saya
selalu disibukkan dengan masalah ini. Bangun tidur langsung terfikir tentang
konsep ketuhanan, setiap waktu saya memikirkan hal ini. Saya kembali mendatang
Ustad yang saya tanya dulu. Saya bilang “Ustad, saya lagi bingung ni Ustad. Mana
sebenarnya yang benar ni?” “kamu punya hati?” “ya, tentu Ustad” “ikuti kata hatimu”
jawab ustad itu. “Tuhan itu tidak dapat dilihat ataupun digambarkan, tapi Dia
itu pasti ada” “ooo, gitu Ustad ya. Tapi mohon maaf ni Ustad, itu Al-quran itu
kok tulisannya mirip mi Ustad?” “nggak boleh gitu ngomongnya” “mohon maaf
Ustad, saya Cuma merasa aneh aja dengan tulisannya”
Ja’far : mendengar saya mendatangi Ustad tersebut saya dimarahi Bapak saya
dan mengusir saya dari rumah, “pokonya mulai saat ini saya tidak menggap kamu
anak saya lagi, jangan datang lagi kerumah ini” ucapnya. Saya pada saat itu
tidak bisa berbuat apa-apa kecuali menerima. Saya pergi dari rumah tidak tau
mau kemana, untuk menyelesaikan masalah ini sya ambil cuti dari pekerjaan saya
dan kembali mendatangi Ustad tersebut. “Saya tidak tau mau kemana Ustad,
sekarang saya sudah diusir” berkat bantuan beliau saya di izinkan tinggal di
Masjid, disana saya melihat orang shalat dan beridah namun saya belum masuk
islam.
Ja’far : beberapa waktu kemudian saya
dipanggil ke Gereja, saya dikelilingi oleh tiga orang Pastor, saya disidang
oleh mereka. “kamu ini anak durhaka, kamu dibesarkan disini, sekarang kamu
malah meragukan agamamu” dulu waktu SMP saya tinggal di asraama gereja dan
disiapkan untuk jadi pastur. “ya, itu urusan saya. Agama kita ini nggak jelas,
coba kalian jawab... jadi pastur kayak gini menyelisihi fitrah manusia, apa
gunanya itu kalian (alat reproduksi) diciptakan?”.
Ja’far : setelah saya banyak
bertanya-tanya pada Ustad tersebut dan melihat kehidupan orang islam, saya
memilih masuk Islam. Saat saya mengucapkan Syahadat di Masjid, 3 orang Pastor datang marah-marah. “kalian jangan
macam-macam. Sekarang islam agama saya dan mereka adalah saudara saya. Dan apa
urusan kalian, saya masuk islam itu hak saya, kalian mau apa?” merekapun pergi
dengan penuh rasa malu.
Ja’far : setelah masuk Islam saya
dipanggil lagi kereja, mereka marah-marah dan mengancam saya. “terserah
sayalah, saya masuk islam atau tidak apa urusan kalian. Coba kalian jelaskan
tentang penebusan dosa, bagaimana cara menebusnya sedangkan dosa aja nggak bisa
dilihat. Kalau kalian bisa jawab, saya balik lagi ke kristen” mereka tidak bisa
jawab dan sayapun pergi meninggalkan mereka dengan cap dari mereka sebagai pemecah belah dan diancam agar tidak mempengaruhi
orang lain.
Ja’far : setelah itu saya berusaha
untuk belajar Islam, kemudian melalui perantara seorang dai saya diterima di
LIPIA Jakarta. 3 bulan disana saya merasa tidak sanggup untuk belajar, kemudian
saya minta dicarikan tempat lain dan akhirnya saya melamar di STAI As-Sunnah
Medan dan diterima.
Rail : Keluargamu bagaimana?
Ja’far : Alhamdulillah, orang tua saya
dan adik-adik saya sudah masuk Islam dengan izin Allah melalui perntara saya.
Itulah isi percakapan kami secara ringkas, hidayah itu berada ditangan
Allah taala, kita dapat lihat bagaimana seorang yang tanpa agama bisa menjadi
pintu hidyah bagi Ja’far. Kita memohon kepada Allah agar hatinya ditetapkan
dlam Islam dan menjadi Dai yang mampu merubah kampunya yang mayoritas kristen
menjadi kampung islam secara khusus dan mentawai secara umumnya. Semoga
bermanfaat bagi yang menulis artikel ini, yang membaca. Amin.
Komentar
Posting Komentar