Langsung ke konten utama

9 nasehat dalam berpuasa dan menjalani Ramadan

 

Pertama, tidak berlebihan saat berbuka.

Saat berbuka sebagian kita makan sebanyak-banyaknya, terkadang sampai tidak bisa bergerak karena kekenyangan. Hal ini dilarang dalam Islam, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  menjelaskan pola makan yang baik, yaitu secukupnya saja, sebagaimana dalam hadisnya :

 

مَا مَلَأَ آدَمِيٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ. بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلَاتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ، فَإِنْ كَانَ لَا مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ

 

Tidaklah anak Adam memenuhi sesuatu yang lebih buruk dari perutnya, cukuplah baginya beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang punggungnya, jika ia harus makan juga maka sepertiga bagian lambungnya untuk makanan, sepertiga lagi untuk minum dan sepertiga untuk nafasnya. (HR. Tirmidzi)


 

Dari hadis di atas jelas bagi kita  bahwa makan yang benar adalah menghilangkan lapar, menambah tenaga, bukan sampai kenyang, apalagi kekenyangan, seperti ular piton memakan seekor sapi, diam tidak bergerak. Allah taala menegaskan dalam Alquran :

وَكُلُوا وَاشْرَبُوا وَلَا تُسْرِفُوا إِنَّهُ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِينَ

Makan dan minumlah dan jangan kalian berbuat boros, sesungguhnya Ia tidak menyukai orang yang boros. (Qs. Al A’raf  :31)

Sebagian kita sangat boros selama Ramadan, beli ini dan itu, adapula yang menstok makanan untuk puasa, hidangan berbuka sangat banyak, terkadang terbuang saja. Perbuatan ini termasuk tabzir yang mereupakan sifat setan, sebagaimana yang disebutkan dalam Alquran :

وَآتِ ذَا الْقُرْبَى حَقَّهُ وَالْمِسْكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَلَا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا  إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ وَكَانَ الشَّيْطَانُ لِرَبِّهِ كَفُورًا

Dan berikanlah para kerabat haknya, orang miskin dan orang dalam perjalanan. Dan janganlah berbuat mubazir, karena orang yang mubazir adalah saudaranya setan, sedangkan setan mengingkari Rabbnya. (Qs. Al Isra : 26-27)

Pada puasa induk pembatalnya ada pada nafsu, yaitu nafsu perut dan nafsu dibawah perut, jika keduanya mampu diatasi, insyaallah yang lain teratasi pula. Namun sayang, pada saat berbuka, kita melepaskan nasfu perut itu. Makan maka dengan sangat banyak hingga tidak mampu bergerak seperti ular kekenyangan, di siang hari kita menahan diri, mengapa saat berbuka kita lepas kendali?

 

Kedua, sambut Ramadan dengan gembira.

Bila Ramadan tiba mari kita sambut dengan penuh kegembiraan, di dalamnya banyak keutamaan, bergembira karena kita diberikan kesempatan untuk mendapatkan nikmat itu. Bergembira dengan sebenarnya kegembiraan, semoga kita termasuk hamba Allah taala yang menjalankan ibadah puasa Ramadan dengan baik dan menjadi golongan yang bertakwa nantinya, amin.

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  bersabda dengan memberikan kabar gembira dengan kedatangan Ramadan :

ﻗَﺪْ ﺟَﺎﺀَﻛُﻢْ ﺭَﻣَﻀَﺎﻥُ، ﺷَﻬْﺮٌ ﻣُﺒَﺎﺭَﻙٌ، ﺍﻓْﺘَﺮَﺽَ ﺍﻟﻠﻪُ ﻋَﻠَﻴْﻜُﻢْ ﺻِﻴَﺎﻣَﻪُ، ﺗُﻔْﺘَﺢُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﻨَّﺔِ، ﻭَﺗُﻐْﻠَﻖُ ﻓِﻴﻪِ ﺃَﺑْﻮَﺍﺏُ ﺍﻟْﺠَﺤِﻴﻢِ، ﻭَﺗُﻐَﻞُّ ﻓِﻴﻪِ ﺍﻟﺸَّﻴَﺎﻃِﻴﻦُ، ﻓِﻴﻪِ ﻟَﻴْﻠَﺔٌ ﺧَﻴْﺮٌ ﻣِﻦْ ﺃَﻟْﻒِ ﺷَﻬْﺮٍ، ﻣَﻦْ ﺣُﺮِﻡَ ﺧَﻴْﺮَﻫَﺎ ﻓَﻘَﺪْ ﺣُﺮِﻡَ

Telah datang kepada kalian Ramadan, bulan keberkahan, Allah wajibkan kalian berpuasa di dalamnya, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup, setan-setan dibelenggu, padanya terdapat malam yang lebih baik dari seribu bulan, siapa yang dijauhkan dari kebaikannya, maka ia telah jauh dari kebaikan. (HR. Ahmad)

 

Ketiga, Ramadan terakhir.

Ketika kita sudah memasuki Ramadan dan berada di dalamnya, anggaplah ini Ramadan terakhir, agar kita bersungguh-sungguh menjalankannya. Ingatlah kembali mereka yang tahun lalu berpuasa bersama kita, berjumpa dengan kita, namun hari ini telah tiada. Bayangkan seandainya Ramadan depan kita seperti mereka bagi suadara kita yang masih hidup, masihkah kita bermain-main dan berleha-leha?

 

Keempat, salat tarawih.

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang mendirikan salat malam di bulan Ramadan dengan iman dan pengharapan, maka diampuni dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan untuk salat di malam lailatulkadar Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إَيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

Siapa yang mendirikan salat malam pada lailatulkadar dengan penuh keimanan dan pengharapan, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (HR. Bukhari dan Muslim)

Salat tarawih ini hampir dikerjakan oleh kebanyakan umat Islam, namun sayangnya hanya diawal saja semangat membara, semakin berkurang hari Ramadan semakin kecil kobarannya, hingga akhirnya padam. Padahal pada sepertiga terakhir itulah keutamaan Ramadan lebih besar dari yang lain, tapi begitulah manusia, susah bersabar dan malas berusaha.

Jika tidak bisa salat tarawih di masjid karena ada ketakutan ketika hadir di masjid seperti adanya wabah virus menular atau ada bahaya di jalan yang dilalui maka boleh dilaksanakan di rumah, boleh berjamaan dan boleh dilaksanakan sendiri, bahkan seandainyapun tidak ada penghalang untuk ke masjid tetap boleh di rumah, sebab salat tarawih hukumnya boleh dimana saja dan boleh sendiri atau berjamaah.

 

Kelima, tobat.

Bulan Ramadan bulan menangis, tapi bukan menangis biasa. Menangis karena sedih sudah biasa, menangis karena kemalangan sudah biasa. Tapi sudahkah kita menangis karena meratapi dosa kita? Sudahkah kita berdoa dengan baik, doa yang meneteskan air mata, jikalah kita berdoa dengan kesungguhan hati dan sepenuh jiwa maka itulah doa yang bermutu. Mari persiapkan diri sebelum memasuki Ramadan dengan banyak istigfar dan bertobat, saat menjalaninya kita juga banyak bertobat dan memohon ampun, begitu juga setelah berlalunya Ramadan.

 

Keenam, bersedekah.

Mari perbanyak sedekah di bulan Ramadan, jangan sampai Ramadan berlalu baru kita sadar dan menyesal, lebih parah lagi ketika sudah meninggal. Sama-sama kita ketahui bahwa Ramadan adalah bulan yang mulia penuh keberkahan, maka semua amalan yang ada di dalamnya juga lebih utama dan lebih berkah pula.

Mari kita lihat bagaimana Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam saat Ramadan, dari Ibnu Abbas -rhadiyallahu anhuma ia berkata :

كَانَ النَّبِىُّ  صلى الله عليه وسلم  أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِى رَمَضَانَ

Nabi shalallahu alaihi wasallam adalah orang  yang paling dermawan dan beliau lebih dermawan jika berada pada bulan Ramadan. (HR. Bukhari)

 

Ketujuh, ajarkan anak-anak kita puasa.

Mari kita ajarkan anak kita puasa, kita latih mereka untuk berjalan menuju ketakwaan, bersusah-susah sejenak agar mudah di hari akhir esok. Jangan dimanja,  jangan dibiarkan mereka tumbuh besar tanpa puasa, setelah besar barulah kita sadar kemalasan sudah mengakar dalam diri mereka.

Imam Bukhari rahimahullah membawakan dalam sahihnya secara muallaq :

وَقَالَ عُمَرُ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ لِنَشْوَانٍ فِي رَمَضَانَ: وَيْلَكَ، وَصِبْيَانُنَا صِيَامٌ، فَضَرَبَهُ

Umar berkata kepada orang yang mabuk, celakalah kamu, anak-anak kita puasa, kemudian orang itu dipukul. (HR. Bukhari)

Umar  rhadiyallahu anhu dihadapkan dengan seorang yang meminum khamr pada bulan Ramadan, kemudian ia mengatakan pada orang tersebut, celakalah kamu, anak kecil saja puasa, sedangkan kamu minum-minum. Kemudian Umar mencambuknya 80 kali dan diasingkan ke Syam.

Ar Rabi’ binti Mu’awidz  rhadhiyallahu anha  berkata tentang puasa Asyura :

فَكُنَّا نَصُومُهُ بَعْدُ، وَنُصَوِّمُ صِبْيَانَنَا، وَنَجْعَلُ لَهُمُ اللُّعْبَةَ مِنَ العِهْنِ، فَإِذَا بَكَى أَحَدُهُمْ عَلَى الطَّعَامِ أَعْطَيْنَاهُ ذَاكَ حَتَّى يَكُونَ عِنْدَ الإِفْطَارِ

Kami berpuasa Asyura dan mempuasakan anak-anak kecil kami, kami membuatkan mereka mainan dari kulit, apabila mereka menangis karena lapar, kami berikan mainan itu kepada mereka sampai tiba waktu berbuka. (HR. Bukhari dan Muslim)

Lihatlah para sahabat dalam mendidik anak-anak mereka untuk berpuasa, mereka mengajarkan anak mereka berpuasa sepuluh Muharam yang merupakan puasa sunnah, tentu untuk Ramadan lebih lagi perhatian mereka. Dari hadis di atas kita mengetahui bahwa yang diajar pauasa anak mereka yang masih kanak-kanak, sebab kalau lapar mereka akan menangis, cara menenangkannya adalah dengan memberikan mainan, itu hanya terjadi pada anak yang masih kecil saja.

 

Kedelapan, perbanyak membaca Alquran.

Perbanyaklah membaca Alquran di bulan Ramadan, karena Ramadan adalah bulan Alquran.

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

Bulan Ramadan yang diturunkan Alquran padanya, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelas dari petunjuk itu serta pembeda antara kebenaran dan kebatilan.  (Qs. Albaqarah : 185)

Mari kita lihat bagaimana para salaf  bersama Alquran di bulan Ramadan, salah seorang murid Imam As Syafii rahimahullah yaitu Ar Rabi bin Sulaiman rahimahullah menuturkan :

كَانَ الشَّافِعِيُّ يَخْتِمُ القُرْآنَ فِي شَهْرِ رَمَضَانَ سِتِّيْنَ خَتْمَةً

Imam Syafii mengkhatamkan Alquran pada bulan Ramadan sebanyak 60 kali.[1]

Salah seorang sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam yaitu Abdullah bin Amr bin Al Ash rhadiyallahu anhuma bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  :

يَا رَسُولَ اللَّهِ فِى كَمْ أَقْرَأُ الْقُرْآنَ؟ قَالَ  فِى شَهْر،ٍ قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ وَتَنَاقَصَهُ حَتَّى قَالَ اقْرَأْهُ فِى سَبْعٍ. قَالَ إِنِّى أَقْوَى مِنْ ذَلِكَ. قَالَ لاَ يَفْقَهُ مَنْ قَرَأَهُ فِى أَقَلَّ مِنْ ثَلاَثٍ

Wahai Rasulullah berapa kali aku harus selesaikan baca Alquran? Beliau menjawab : sekali sebulan. Abdullah berkata : aku bisa lebih dari itu. Nabi mengurangi tempo waktunya hingga berkata : khatamkanlah dalam sepekan. Abdullah berkata : aku sanggup lebih dari itu, Nabi menjawab : tidak akan paham apa orang yang baca Alquran jika kurang dari tiga hari. (HR. Abu daud dan Ahmad)

 

Kesembilan, melaksanakan  umrah.

Umrah pada bulan Ramadan memiliki keutamaan yang tidak ada pada bulan lain, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda :

فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً

Umrah pada Ramadan senilai dengan haji.  (HR. Muslim )

Dan sabda beliau yang lain :

فَإِنَّ عُمْرَةً فِى رَمَضَانَ تَقْضِى حَجَّةً مَعِى

Sesungguhnya umrah pada Ramadan seperti haji bersamaku. (HR. Bukhari)

Senilai atau seperti haji maksudnya pahalanya seperti pahala haji, bukan berarti orang yang umrah di bulan Ramadan seperti sudah berhaji dan kewajiban haji gugur darinya.

 



[1] Az Zahaby/Siyar A’lam An Nubala/Al Imam As Syafii

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء