Langsung ke konten utama

Dengan apa kebahagiaan abadi didapatkan?

 


Ibnul Jauzi  rahimahullah berkata :



 

بماذا تشترى هذه الحياة الأبدية؟

 

ومن تفكر في الدنيا قبل أن يوجد، رأى مدة طويلة، فإذا تفكر فيها بعد أن يخرج منها رأى مدة طويلة، وعلم أن اللبث في القبور طويل، فإذا تفكر في اللبث في الجنة أو النار علم أنه لا نهاية لها، فإذا عاد إلى النظر في مقدار بقائه في الدنيا فرضنا ستين سنة مثلا فإنه يمضي منها ثلاثون سنة في النوم، ونحو من خمس عشرة في الصبى، فإذا حسب الباقي كان أكثره في الشهوات والمطاعم والمكاسب، فإذا خلص ما للآخرة وجد فيه الرياء والغفلة كثيرا، فبماذا تشترى الحياة الأبدية وإنما الثمن هذه الساعات؟

 

Terjemahan :

 

Dengan apa kebahagiaan abadi didapatkan?

 

 

Siapa yang memikirkan tentang dunia sebelum ia ada ia melihat waktu yang panjang, ketika ia memikirkan tentang dunia setelah keluar darinya ia juga melihat waktu yang panjang dan ia mengetahui kubur adalah penantian yang panjang. Saat ia memikirkan lama keberadaan di surga atau neraka, maka ia paham waktu di sana tidak ada akhirnya.

 

Ketika ia kembalikan pandangannya ke lama keberadaannya di dunia, kita anggap enam puluh tahun. Ia dapati 30 tahun untuk tidur, 15 tahun dihabiskan untuk masa kanak-kanak. Saat ia hitung yang tersisa kebanyakannya dihabiskan untuk syahwat, untuk makan dan mencari nafkah. Jika ia sisihkan apa yang ia lakukan untuk akhirat maka ia dapati padanya riya,  dan kelalaian yang sangat banyak. Lalu dengan apa kebahagian abadi dibeli? Padahal bayarannya dengan waktu-waktu yang kita lalui?

(Ibnul Jauzi/Laftatul kabid ila nashihatil walad)

_______

 

Pernahkah kita menghayati hidup kita? Waktu-waktu yang kita lalui apakah ia berharga?

 

Banyak jiwa yang terlena, terkadang merasa sudah banyak beramal, terkadang merasa sudah berilmu. Padahal dirinya lebih banyak lagi menghabiskan waktu tanpa faedah.

 

Minggu berganti bulan, bulanpun menahun, jalan kita selangkah demi selangkah menuju kematian, kita semua akan pergi ke kehidupan yang abadi.

 

Mari perbaiki diri, lihat apa yang sudah kita siapkan untuk hari esok, hari yang tidak ada hari setelahnya, hari yang tidak berujung, tidak ada lagi kematian, hanya ada dua tempat, setiap tempat ada jalan, ikutilah jalan yang berakhir pada kebahagiaan, jalan ke surga!

 

(Abu Ady)

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء