Ustadz kami berkata dalam ceramahnya yang kami hadiri : ada dua macam pedagang di bulan Ramadan
Pedagang dunia. Mereka sibuk membuka lapak, semakin dekat Id semakin sibuk, sampai-sampai tidak sempat salat. Mereka sibuk menghitung laba, telat tidur untuk beberapa lembar rupiah, rela bersusah-susah, yang penting uang bertambah, dosa tidak masalah.
Pedagang akhirat. Mereka adalah hamba Allah taala yang sadar akan pentingnya Ramadan, siangnya mereka berpuasa, malamnya salat tarawih. Ketika Ramadan tinggal sepertiga terakhir mereka fokus beribadah untuk Allah taala dengan beriktikaf, ikhlas karena lillahi taala. Sebagian masyarakat bingung, kenapa mereka tidur di masjid? Kita jelaskan ini ajaran Nabi shalallahu alaihi wasallam. Mereka menyerahkan jiwa dan raganya untuk Allah, waktu, tenaga dan fikirannya untuk Allah, sebab mereka yakin hidup dan mati manusia adalah milik Allah taala. Allah taala berfirman tentang balasan bagi yang berniaga dengan Allah taala :
إِنَّ اللَّهَ اشْتَرَى مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنْفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ
Sesungguhnya Allah membeli dari mukminin jiwa dan harta mereka dengan surga. (Qs. At Taubah :111)
Jangan terlena dengan lingkungan, biarlah mereka sibuk dengan kue lebaran, baju baru atau sibuk dengan mencari uang di malam Ramadan, marilah kita berdagang dengan Allah taala, labanya kita dapatkan nanti di akhirat, itulah perniagaan yang tidak akan binasa selamanya.
Kemudian ada kebalikan dalam salat tarawih, 10 hari pertama ramai, 10 hari terakhir sepi. Sebagian orang di 10 hari terakhir, sibuk berjualan, sibuk buat kue, sibuk memperindah rumah. Sehingga puasa itu seperti Seromonial atau tradisi, hanya karena sudah menjadi kebiasaan, bukan ibadah. Semoga kita mendapatkan ibadah mutaqabbalah di lailatulkadar.
Komentar
Posting Komentar