Langsung ke konten utama

Cara menyambut bulan Ramadan

 

Semua umat Islam meyakini bahwa berpuasa di bulan Ramadan adalah rukun Islam, artinya ia termasuk ke dalam lima ibadah utama dalam hidup seorang muslim. Ibarat sebuah rumah, dua kalimat syahadat adalah pondasinya, salat wajib lima waktu adalah tiangnya, puasa adalah dindingnya, bayar zakat adalah atapnya dan haji adalah pintu beserta jendelanya. Sedangkan meja, lemari, bak air dan lain sebagainya merupakan pelengkap atau penyempurna, benda-benda itu seperti  amalan-amalan lain dalam Islam.

Puasa Ramadan diwajibkan atas umat zaman lampau dan umat Islam hari ini dan seterusnya selama alam masih terkembang, sebagaimana Allah taala  berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Wahai orang yang beriman ditetapkan atas kalian puasa Ramadan sebagaimana ditetapkan atas orang-orang sebelum kalian, semoga kalian menjadi orang bertakwa. (Qs. Al Baqarah : 183)

Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy rahimahullah menyebutkan bagaimana cara penyambutan Ramadan : apabila hampir datang Ramadan, hendaklah kita berkemas-kemas dan bersiap-siap menanti kedatangannya, hendaklah kita menyambut bulan suci ini dengan penuh kesukaan. Melangkah memasuki gerbang puasa, berarti memasuki ibadah dan latihan. Karena itu sebelum kita melangkahkan kaki, mari kita siapkan perbekalan dalam masa ibadah dan latihan itu.

Pertama, mengulang-ulangi kembali pelajaran-pelajaran yang berkenaan dengan bulan Ramadan, agar kita memasuki dan menjalani bulan puasa dengan pengetahuan yang sudah diperbaharui, mempunyai pedoman-pedoman yang baik dan petunjuk yang sempurna.

Kedua, memperlihatkan bahwa kita bergembira dan memperlihatkan ketenangan jiwa dalam menyambut Ramadan, sebagaimana Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat melakukannya dahulu.

Ketiga, memperbanyak doa agar Allah taala memberikan tenaga, kelapangan dan kesempatan untuk mengerjakan puasa, semoga Allah memberikan kita taufik supaya kita bisa menunaikan puasa dengan hati yang jujur dan tulus ikhlas, terjauh dari riya, ujub dan sumah dan dari segala macam penyakit serta perbuatan yang merusak bahkan menghilangkan pahala puasa kita.

Keempat, menguatkan semangat dan himmah kita agar menjalani latihan ini dengan sempurna, bulan puasa adalah bulan latihan jihad, jihad memerangi hawa nafsu. Bulan puasa adalah bulan bercocok tanam untuk akhirat, bulan membersihkan dan menyucikan diri dari dosa serta menghias diri dengan budi pekerti yang tinggi dan akhlak mulia.

Kelima, merawat bibit amalan yang kita semai di bulan Ramadan, jangan sampai kita menyesal dan menggigit jari di kala datang masa menuainya nanti, tegasnya saat berhadapan dengan Allah Rabbul alamin.

Jangan menyulitkan diri, masalah keuangan, sukarnya penghidupan dan mahalnya harga barang tidak boleh menjadi sebab kurangnya minat kita terhadap ibadah puasa yang tiada tandingnya.

Keenam, menghilangkan tradisi yang memberatkan, berpuasa tidak mesti dengan makanan mewah, berbuka dan sahur tidak harus yang enak-enak, jangan sampai membeli makanan yang banyak, namun akhirnya ia terbuang sia-sia, ini namanya mubazir.[1]



[1] Prof. Dr. T.M. Hasbi Ash-Shiddieqy/Pedoman Puasa/Mukaddimah

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya. Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan. Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.   Kita pasti kembali   Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma   berkata bahwa Rasulullah  shalallahu alaihi wasallam   bersabda :   كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاء