Langsung ke konten utama

Kita pasti berpisah, semoga esok kembali berkumpul

Dalam menjalani kehidupan ini terkadang kita harus pergi, pergi jauh dari kampung halaman. Banyak tujuan yang kita bawa, ada yang menuntut ilmu, ada yang mencari nafkah dan tujuan lainnya.

Walau apapun tujuannya, ke manapun perginya, pasti ia merindui kampung halamannya, pasti ia merindukan orang-orang yang disayangi, ingin kembali berkumpul dengan keluarga, sebab di sana ada kebahagiaan.

Keindahan dan kedamaian itu ada di kampung halaman, ketika hati gelisah maka pulanglah, ada orang tua di sana, ada sanak saudara, ada sawah yang berjenjang dilengkapi burung-burung yang berbondong, ada sungai  beserta suara gemerciknya dan bebukitan dengan pohong-pohon yang menghijau. Indah dan damai.

 

Kita pasti kembali

 

Ibnu Umar rhadiyallahu anhuma  berkata bahwa Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  bersabda :

 

كُنْ فِي الدُّنْيَا كَأَنَّكَ غَرِيبٌ أَوْ عَابِرُ سَبِيلٍ. وَكَانَ ابْنُ عُمَرَ، يَقُولُ: إِذَا أَمْسَيْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ الصَّبَاحَ، وَإِذَا أَصْبَحْتَ فَلاَ تَنْتَظِرِ المَسَاءَ، وَخُذْ مِنْ صِحَّتِكَ لِمَرَضِكَ، وَمِنْ حَيَاتِكَ لِمَوْتِكَ

Jadilah di dunia seperti perantau atau orang lewat. Ibnu Umar kemudian menambahkan : jika kamu di waktu pagi, jangan tunggu datang sore. Jika kami di waktu sore, jangan tunggu waktu pagi. Manfaatkan kesehatanmu sebelum sakit, pergunakan hidupmu sebelum mati. (HR. Bukhari)

 

Rasulullah shalallahu alaihi wasallam  mengingatkan kita bahwa di dunia ini kita hanya hidup sementara, seperti perantau yang akan pulang ke kampung halamannya. Orang Minang berkata : sajauah-jauah tabangnyo bangau, pulangnyo ka kubangan juo. Sajauah-sajauah denai marantau, isuak lai untuang ka pulang juo. Artinya sejauh manapun kita pergi merantau, jalan akhir kita ke kampung halaman juga. Begitu pulalah akhir dari hidup ini, perjalanan terakhir kita adalah kuburan kita.

 

Mengapa seperti perantau? Karena perantau mencari uang atau harta sebagai bekal untuk ia bawa pulang nanti ke kampung halamannya.

Mengapa seperti perantau? Karena perantau yang hanya sebatang kara hidup di perantauan, jika ada masalah, jika ia dalam kesusahan, tidak ada keluarga yang akan membantu, tidak ada tempat mengadu kecuali kepada Allah taala.

 

    Mengapa seperti orang lewat atau musafir? Lihatlah orang lewat atau orang singgah, ia tidak ingin berlama-lama di tempat itu. Kita lihat orang bersafar hanya membawa bekal secukupnya, karena tujuan mereka bukan perjalanan itu, bukan di persinggahan seperti rumah makan atau  terminal bus dan bandara, tujuan akhir mereka adalah ujung dari perjalanan mereka.

 

 

Jangan kita terlena seolah hidup ini selama-lamanya, Dr. Rozaimi Ramle hafizhahullah membawakan ucapan Dr. Syaraf Al Qudhah hafizhahullah dalam keterangannya dalam video syarah hadis kelima dari kitab Sahih Bukhari di kitab Ar Raqaiq, beliau berkata : dunia ini seperti orang tidur, kemudian bermimpi. Dalam mimpi ia melihat yang indah-indah dan menyenangkan hati. Saat ia terbangun, baru ia sadar itu hanyalah mimpi. Mimpi itulah dunia, sedangkan akhirat adalah kenyataan setelah terbangun.

 

Dalam hadis di atas, Ibnu Umar  rhadiyallahu anhuma mengingatkan kita tentang waktu-waktu yang berlalu selama kita hidup, dari sore ke malam, dari malam ke pagi, dari pagi ke siang dan dari siang ke sore.

 Mengapa demikian? Karena setiap detik waktu sangat berharga, mesti diisi dengan ibadah. Selagi sehat gunakan sebaik-baiknya, kalau sudah sakit tubuh akan lemah. Selagi hidup arahkan kepada kebaikan, habiskan untuk ketaatan, kalau sudah mati tidak ada lagi kesempatan.

 

 

Berapalah lama kita hidup? Hanya beberapa saat saja, mari kita gunakan waktu yang sedikit itu untuk bekal di waktu yang lama, bahkan selama-lamanya di akhirat kelak.

Kita pasti kembali, kembali ke kampung halaman yang tidak akan ada rantau setelahnya.

Dulu kakek buyut kita Nabi Adam alaihis salam  berada di surga, hendaknya ketika kita pulang ke akhirat surga pulalah tujuan kita.


Hari ini kita berpisah dengan kampung dan orang kampung, perpisahan yang dibatasi jarak memang terasa berat, namun ada rindu yang menjembataninya.

 Lebih dari itu, perpisahan yang didinding oleh alam barzakh membuat setiap kita sadar, bahwa tidak ada kebersaman hakiki dalam hidup ini.

 Namun, perpisahan abadi adalah saat kerinduan tak terobati lagi, saat harapan bersama diputus habis, karna surga dan neraka tidak pernah sehati.

 Perantau yang dirindukan kampung halamannya, jika Allah berkehendak mereka akan bertemu kembali.

Namun, ketika orang yang dirindu sudah meninggalkan tanah rantau dan berada di alam barzakh, selamanya tidak akan bertemu, kecuali disatukan dalam salah satu dari dua tempat abadi, surga atau neraka.

 

 



 

Semoga ketika kita kembali ke akhirat nanti kita dikumpulkan dengan orang-orang yang kita sayangi, kita berjumpa sanak saudara, bertemu teman-teman lama, kita bercerita tentang apa yang terjadi selama berpisah, bercerita tentang kehidupan di dunia, saling mengenang masa lalu, mencairkan senyum dan tawa yang sudah lama beku.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wajib Diketahui Oleh Pecinta Sepak Bola...

Ada apa dengan kostum sepak bola? Sepak bola merupakan olah raga yang paling banyak penggemarnya, setiap penggemar memiliki klub dan pemain faforit. Terkadang semua aksesoris yang bertuliskan nama dan gambar klub atau pemain idolapun menjadi koleksi wajib bagi para pecinta sepak bola. Nah, bagaimana bila kita sebagai seorang muslim menjadi penggemar klub  atau pemain yang kafir kemudian membeli pernak-pernik yang berkaitan dengan mereka terutama kostum yang mengandung unsur atau lambang agama dan keyakinan mereka seperti lambang salib dan setan merah? Jika kita perhatikan terdapat beberapa kostum tim sepak bola yang mengandung unsur salib seperti Barcelona, AC Milan, Timnas Brazil, Timnas Portugal, Intermilan, sedangkan lambang setan terdapat pada  MU.  Meskipun begitu masih banyak kaum muslimin yang tidak memperdulikan hal ini khususnya Indonesia. Berbeda dengan dua Negara bagian Malaysia beberapa tahun yang lalu telah melarang hal ini. Dewan Keagamaan Johor d

Mengisi Ramadan dengan nasyid

  Dalam KBBI nasyid diartikan sebagai lagu yang mengandung unsur keislaman, sedangkan dalam kamus “ Lisanul Arab ” nasyid artinya menyanyikan syair. Dari dua pengertian ini dapat kita pahami bahwa nasyid adalah lagu atau nyanyian. Ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh Ustadz Abdul Hakim hafizhahullah dalam salah satu ceramahnya bahwa nasyid yang sekarang itu adalah nyanyian, bukan seperti yang dibaca oleh para sahabat saat menggali parit atau saat perang, yang mereka baca adalah syair.     Kita sama-sama tahu bahwa membaca syair oleh orang arab memiliki cara tersendiri, jika dicari persamaannya di Indonesia maka membaca syair serupa dengan membaca pantun atau puisi. Apakah membaca puisi atau pantun sama dengan cara menyanyikan nasyid atau kasidah itu? Jawabnya jelas tidak sama. Lalu apa hukum menyanyikan nasyid? Syaikh Shaleh Al Fauzan hafizhahullah dalam sebuah video tanya jawab menyebutkan “kami tidak menemukan pensyariatannya, jika nasyid tersebut tidak disandarkan