Kita sering menemukan para wanita menjadi penceramah Ramadan, ini adalah suatu kebiasaan yang melenceng dari kehidupan para ulama. Dari dulu yang tampil di depan umum untuk bedakwah adalah laki-laki, tidak pernah ada riwayat dari Nabi shalallahu alaihi wasallam ataupun sahabat yang menyatakan wanita menjadi mubalig kepada khalayak ramai. Yang dibolehkan adalah berdakwah atau berceramah kepada sesama jamaah wanita, karena wanita yang tampil di khalayak ramai adalah wanita yang kurang berwibawa atau kurang kehormatan dirinya. Sebab ketika ceramah akan ada senyum, akan ada gerak-gerik tubuh yang ditonton oleh kaum laki-laki.
Allah taala berfirman sebagai perintah kepada para sahabat jika ingin bertanya kepada para istri Nabi shalallahu alaihi wasallam :
وَإِذَا سَأَلْتُمُوهُنَّ مَتَاعًا فَاسْأَلُوهُنَّ مِنْ وَرَاءِ حِجَابٍ ذَلِكُمْ أَطْهَرُ لِقُلُوبِكُمْ وَقُلُوبِهِنَّ
Jika kalian bertanya pada mereka untuk suatu keperluan, maka tanyalah dari belakang hijab, hal ini lebih suci bagi hati kalian dan hati mereka. (Qs. Al Ahzab: 53)
Ketika para sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam bertanya kepada para istri Nabi shalallahu alaihi wasallam maka Allah perintahkan mereka untuk bertanya dengan pembatas agar tidak saling melihat. Kenapa? Untuk menjaga pandangan, karena pandangan dapat menimbulkan syahwat, syahwat akan melahirkan keinginan buruk. Mereka adalah para istri Nabi shalallahu alaihi wasallam dan para sahabat yang memiliki iman yang kuat, diperintahkan untuk menjaga diri, apakah kita lebih hebat dari mereka?
Ada yang mengatakan : kami terpaksa menjadikan para wanita sebagai penceramah karena tidak ada penceramah laki-laki. Maka kita jawab : ceramah Ramadan bukanlah sebuah kewajiban, ia bukan syarat sahnya salat tarawih, maka tidak masalah jika tidak ceramah di malam Ramadan. Kemudian untuk kaum laki-laki di daerah tersebut, betapa lemahnya kalian, dakwah adalah tugas kalian, mengapa kalian memilih duduk berselunjur mendengarkan ceramah para wanita itu, padahal itu tanggungjawab kalian, semua lelaki disana adalah para pecundang.
Komentar
Posting Komentar